Masa Depan The Three Lions - Berita Olahraga | Betting Online | Kasino Online

Masa Depan The Three Lions

Kekalahan paling memalukan sepanjang sejarah persepakbolaan Inggris.

Itulah petikan kalimat yang disematkan sesaat setelah Inggris harus takhluk secara mengejutkan dari Islandia pada babak 16 besar Piala Eropa 2016 beberapa hari yang lalu. Roy Hodgson selaku pelatih utama The Three Lions langsung mundur dari jabatannya setelah mengaku merasa malu dan terpukul sesaat setelah peluit panjang ditiupkan saat itu.

Membahas sumber kekalahan Inggris nampaknya sudah tidak lagi menarik. Begitu banyak media telah menuliskan sumber dan sebab keoknya Inggris mulai dari ketidakbecusan Hodgson dalam menerapkan strategi ataupun kelalaiannya mengutak-atik para pemain utama Inggris selama partisipasi mereka di Piala Eropa tahun ini. Apapun alasan Hodgson, setidaknya ia berhasil memainkan 4 penyerang andalan Inggris secara bersamaan.

Ya, selamat atas keberhasilan Anda memainkan Kane, Vardy, Sturridge, dan Rashford bersama-sama.

Kekalahan Inggris dari Islandia nampaknya akan berbuntut panjang. Selain sulitnya mencari seorang pelatih yang mampu mendongkrak prestasi Inggris, dibutuhkan juga seorang pelatih yang mampu menekan ego dari masing-masing pemain tim nasional Inggris yang sering dikenal sulit diatur. Selain dari masalah pencarian manajer baru, nampaknya Inggris yang mengaku sebagai penemu dan pencetus permainan sepakbola ini juga akan mengalami masalah lain yang skalanya akan berdampak lebih besar.

Masalah tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah tentang rasa bangga dan semangat para pemain mereka, baik sekarang maupun di masa depan, dalam membela negaranya (Inggris) di pentas internasional. Memang, bermain membela negara adalah mimpi yang banyak diidamkan oleh para pesepakbola manapun diseluruh dunia, namun nampaknya, para pemain berkebangsaan Inggris bisa jadi malah berpikir sebaliknya.

Saat para pemain ini bergelimang harta serta popularitas saat membela klub mereka masing-masing di kancah Premier League ataupun Champions League (jika tim tersebut ikut serta), rasanya mereka tak lagi mau ambil pusing ataupun fokus pada pertandingan internasional yang biasanya paling lama hanya berlangsung selama 1 bulan. Bayangkan saja, saat membela klub masing-masing, gairah serta permainan mereka begitu berbeda dan terlihat begitu maksimal. Sesuatu yang hampir tidak pernah kita lihat ketika mereka berseragamkan baju tim nasional.

Hal inipun pernah menjadi bahan pergunjingan dalam tubuh tim nasional Inggris beberapa tahun lalu. Saat itu banyak yang berkata bahwa rivalitas antara para pemain yang membela Manchester United, Liverpool, dan Chelsea menyebabkan harmonisasi tim nasional terganggu. Hal ini terjadi karena adanya kecintaan para pemain tersebut pada kota tempat mereka membela klubnya dinilai lebih besar dibandingkan urusan mereka saat membela panji negara. Perihal diatas juga diamini oleh beberapa pemain senior Inggris seperti Steven Gerrard dan Phil Neville.

Beban dan ekspektasi yang berlebihan selalu menyertai perjalanan tim nasional Inggris kemanapun mereka berlaga. Hal ini menyebabkan tekanan yang terlalu berat bagi mentalitas para pemain mereka hingga tak jarang mengakibatkan terjadinya selisih paham ataupun masalah lainnya bagi para pemain dan staff tim nasional Inggris.

Gerrard bahkan berkata,berdasarkan apa yang selama ini pernah dialaminya kala membela The Three Lions, mungkin saja penyebab kekalahan Inggris dari Islandia kemarin adalah ekspektasi untuk mampu mengalahkan Islandia dengan mudah dan melaju ke babak berikutnya. Namun, tanpa sadar, ekspektasi itu seringkali menjadi beban tersendiri bagi mereka. Dan bahkan, mungkin saja terkadang bayang-bayang tentang apa yang akan terjadi andaikan mereka sampai mengalami kekalahan sudah merasuki pikiran para pemain bahkan sebelum mulainya pertandingan. Sebuah paradigma yang menunjukkan betapa gilanya tekanan yang harus ditanggung oleh para pemain secara psikologi. Mereka tahu bahwa kemenangan saja terkadang tidaklah cukup. Mereka juga mengerti bahwa kekalahan akan menjadi awal malapetaka bagi mereka.

Berkaca dari apa yang terjadi selama ini, Inggris yang selalu menjanjikan di babak kualifikasi namun hancur lebur pada turnamen yang sebenarnya ini mungkin saja akan mengalami krisis berkepanjangan di masa depan. Bayangkan saja apa yang akan tertanam dalam benak para pemain muda masa depan Inggris. Menyaksikan senior mereka yang harus menanggung dosa serta caci maki dari para pendukung mereka sendiri adalah hal yang jelas tidak ingin mereka ikuti jejaknya. Para pemain muda ini bisa jadi akan lebih memilih untuk meraup uang kala bermain di level klub dan menjadi pahlawan bagi klub tersebut. Untuk apa bermain ngotot ketika membela tim nasional jika memang ujung-ujungnya hanya akan mendapatkan sakit dan malu?

Melihat sepak terjang Inggris yang terus menemui kegagalan semenjak terakhir kali meraih trofi Piala Dunia pada tahun 1966 di tanah sendiri, rasanya jangan heran jika di masa depan nanti Inggris akan mengalami kegagalan-kegagalan yang sama seperti generasi hari ini. Mentalitas mereka secara tidak sadar sudah dihancurkan oleh ekspektasi media yang terlalu berlebihan dalam menyorot sepak terjang mereka selama ini.

Jika sudah begini ceritanya, masih kuat mendukung tim nasional Inggris setiap berlangsungnya Piala Eropa atau Piala Dunia nanti?

 

Popular News

MC
MinD_ContRoL mengeluarkan permintaan maaf saat Tundra mengumumkan standin offlaner untuk dua turnamen ESL berikutnya
28 March 2024
MinD_ContRoL menyampaikan permintaan maaf yang panjang kepada Tundra Esports dan...
dreamleague
DreamLeague Season 23 telah selesai; tidak ada kejutan dari tim-tim yang lolos terakhir
27 March 2024
Dengan lima tim terakhir yang telah memastikan tempat mereka di DreamLeague Season...
vietnam-vs-indonesia-5_169
Vietnam Telan Rekor Buruk Usai 'Disikat' Indonesia
27 March 2024
Timnas Indonesia sukses menaklukkan Vietnam dengan skor telak 3-0 dalam Kualifikasi...
da
yel pensiun dari bermain, terbuka untuk tawaran pelatihan
26 March 2024
Gustavo "⁠yel⁠" Knittel telah mengumumkan sebelumnya hari ini bahwa ia telah memutuskan...
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter