Jermain Taylor kembali berulah lagi, di bulan November, dia telah ditahan polisi untuk kedua kalinya pada Rabu (28/11/18) waktu AS, dengan tuduhan tidak membayar tunjangan anak.
Mantan juara kelas menengah dan pemenang medali perak Olimpiade itu akan ditahan hingga dia membayar jaminan sebesar US$ 5.300 ke pengadilan.
Sejauh ini pihak pengadilan setempat belum bisa dimintai keterangan mengenai status petinju yang sering keluar masuk penjara tersebut. Namun, Taylor tidak menutup kemungkinan akan menjalani masa tahanan lebih lama dalam waktu dekat.
Taylor dilaporkan telah berhutang US$ 54.500 untuk pembayaran tunjangan anak. Namun, ia telah melanngar kesepakatan yang telah dibuat oleh pengadilan setempat.
Baru-baru ini, petinju berusia 40 tahun itu ditangkap pada 7 November dengan tiga tuduhan permohonan pencabutan. Petisi itu menunjukkan ia melanggar ketentuan jaminan atau masa percobaannya yang berkaitan dengan tuduhan sebelumnya.
Menurut wakil jaksa penuntut umum John Johnson, kejaksaan Pulaski County memasukkan petisi itu bersamaan dengan tuduhan baru.
Pada Agustus 2014, Taylor telah ditangkap ketika dia dituduh menembak sepupunya. Dia kemudian mengaku bersalah atas beberapa tindak pidana berat, termasuk dalam kasus tersebut dan di tempat lain di mana dia mengancam keluarga dengan menembakkan pistol selama parade Martin Luther King Jr di Little Rock. Namun dibebaskan setelah membayar jaminan sebesar US$ 15.000 meski harus menjalani hukum percobaan.
Jermain Taylor saat digiring petugas keluar pengadilan. (Sumber:www.boxingscene.com)
Taylor juga ditangkap pada Juli 2017, setelah seorang wanita menuduh bahwa dia menggigit lengan dan wajah wanita tersebut dan mengancam akan membunuhnya.
Pada tahun 2009, Taylor mengalami kekalahan knockout secara brutal saat melawan Arthur Abraham. Dia sempat pensiun dari tinju selama dua tahun sebelum akhirnya kembali naik ring.
Sementara itu, Taylor sukses memenangkan gelar kelas menengah IBF. Ia mencetak kemenangan keputusan bulat 116-111, 115-109, dan 116-109 atas Sam Soliman, pada bulan Oktober 2014.
Akan tetapi, pada 2015, gelar yang disandang Taylor harus dicopot pihak IBF setelah ia dinyatakan tengah mengalami masalah hukum dan juga kesehatan mental.
Seorang hakim telah memerintahkan Taylor untuk menjalani evaluasi mental di rumah sakit setelah jaksa penuntut menilai kemampuan kognitif dan kebugaran Taylor perlu dipertanyakan.