Arsenal resmi mendatangkan seorang direktur teknik pertama mereka dalam sepanjang sejarah klub berdiri. Edu resmi kembali ke London guna merubah tata struktur & sistem kerja Arsenal selama ini. Setelah urung terbuka dengan posisi ini di jaman Wenger, kini Arsenal mulai terbuka dan berbenah pada sistem kerja yang lebih terbagi rata.
Buat yang belum paham, posisi ini masih cukup asing di Liga Primer Inggris. Tanggung jawab mereka ada bermacam – macam, tapi biasanya berputar pada penentuan siapa pelatih tim utama sampai junior, scouting para pemain di segala level usia, merekrut dan menjual pemain, pengembangan jangka panjang, sampai pengembangan fasilitas tim. Hal ini sebenarnya sudah dilakukan semenjak dulu oleh tim – tim yang bermukim di Eropa. Peran pelatih yang biasanya menjalankan semua tugas seperti Arsene Wenger, di sebagian besar negara-negara Eropa lain biasanya dijalankan oleh dua orang berbeda.
Di Bundesliga / Serie A contohnya. Seorang pelatih di sana bertanggung jawab untuk memimpin tim, melatih, memilih pemain, dan menyiapkan taktik di lapangan. Sedangkan direktur teknik lebih berkutat pada kebijakan teknis di klub tersebut secara lebih menyeluruh.
Oleh sebab itu, biasanya posisi ini diisi oleh orang yang paham betul bagaimana identitas dan nilai sebuah klub itu dipandang. Mantan pemain/ pelatih biasanya menjadi pilihan karena pekerjaan ini membutuhkan pemahaman mendetail tentang cara berbisnis dan sudut pandang teknis sepakbola.
Meski menjabat sebagai pelatih, kini Unai Emery tak punya kuasa penuh perihal pemain yang Ia incar. Datangnya Gabriel Martinelli pun diberitakan sebagai buah nasihat dari Edu pada Emery. Dan walau mempersempit ruang gerak pelatih, posisi ini akan sangat membantu andai ada kerja sama yang terjalin baik. Hasil luar biasa telah terbukti di Man City. Manchester City punya Ferran Sorriano sebagai CEO, Txiki Begiristain sebagai Direktur Sepakbola, dan Pep Guardiola sebagai pelatih. Ketiganya pernah bekerja sama di Barcelona dan kini mengubah City menjadi salah satu klub terbaik yang pernah ada. Di sisi lain, Manchester United yang tak pernah punya Direktur Sepakbola pun kini menyatakan tengah membuka lowongan untuk posisi ini.
Arsenal akhirnya membuka pikiran mereka. Semoga saja, ini jadi awal yang baik hingga Edu bisa membantu Arsenal kembali ke masa keemasan mereka. Mengulang kembali masa kejayaan di periode 90-an akhir dan 2000-an awal memang sulit di jaman ini, tapi melihat bagaimana keajaiban sering terjadi di sepakbola, mengapa kita tak boleh bermimpi musim depan?
Asal jangan kecewa saja jika mimpi tersebut lagi – lagu harus sirna karena manusia bernama Mustafi.