Namamu dan nomor punggung 6 adalah pilihan pribadi ini kala harus menentukan nama pemain yang secara rutin saya cetak sebagai nama yang akan menghiasi jersey terbaru Arsenal 2 tahun silam. Musim itu Koscielny bermain luar biasa. Sayangnya di musim 2017/2018 cedera parah menghantam dan menghancurkan impiannya berlaga di panggung Piala Dunia 2018. Yang lebih pahit lagi, Perancis berhasil keluar sebagai juara. Senyum di wajah namun getir bersarang di hati terdalam. Saya tahu itu. Semua pun tahu.
Masih jelas dalam ingatan bagaimana Koscielny memulai debutnya di Liga Primer dengan kartu merah kala menghadapi Liverpool di Anfield 2010 silam. 9 tahun berlalu dan kini, kapten sekaligus pemain paling senior di Arsenal ini telah resmi pindah ke Bordeaux.
Sedih? Lumayan. Bukan masalah kepindahannya tapi lebih pada penutup kisahnya di Emirates yang kurang elok. Drama di akhir karirnya bersama Arsenal seakan mengembalikan lebih banyak memori buruknya kala membela Arsenal. Sebut saja bagaimana dramatisnya Kos kala bertabrakan dengan Szczesny di laga final Piala Carling 2011 menghadapi Birmingham.
Tidak diragukan bahwa Kos adalah pemain yang saya kagumi sejak awal karirnya di London. Berani, sigap, cukup rajin mencetak gol di saat penting, dan pastinya berjiwa pemimpin. Tanpanya mungkin Arsenal masih puasa gelar hingga saat ini. Gol kedua Arsenal yang Ia cetak ke gawang Hull City adalah awal dari bangkitnya Arsenal yang akhirnya melepas dahaga setelah 9 tahun berpuasa.
Jika banyak orang tak cukup menghargaimu, biarlah. Tak lagi penting karena semua hal tersebut kembali pada preferensi dan sudut pandang masing – masing pihak. Bermain buruk adalah bagian dari kehidupan sebagai pesepakbola. Tak perlu sering diungkit. Dosa mana lagi yang harus kita ungkit baru kita puas dan baru mengingat kenangan manis yang juga pernah ada?
Doaku hanya satu. Nyaman – nyamanlah di rumah barumu. Maafkan kami yang terkadang kurang tahu berterima kasih.
Merci capitaine. Au revoir.