Tahukah kalian bahwa pada suatu waktu, Manchester United adalah tim terbaik dan paling perkasa di muka bumi. Mereka punya pelatih terbaik di dunia, pemain paling tampan yang digilai banyak kaum hawa, generasi pemain – pemain bertalenta baik yang dibina sejak muda, penjaga gawang nomor wahid, sampai predator tajam yang siap merobek semua jala lawan. Hal ini belum ditambah dengan barisan pendukung garis keras paling sok tau, menyebalkan, dan konon katanya, paling banyak di seluruh dunia.
Gak percaya? Coba tanya kakak atau om kalian. Mungkin dengan mata sembab mereka akan bercerita perihal kejadian di Barcelona tahun 1999. Mereka akan berbincang panjang lebar perihal generasi angkatan tahun ’92 yang berhasil menguasai Eropa kala itu. Istilah Fergie Time juga akan sering muncul dalam dongeng mereka. Fergie Time adalah sebuah keadaan dimana tim setan merah ini bisa tiba – tiba saja membalikkan keadaan di masa injury time. Hebat sekali bukan? Bahkan tim ini boleh bermain sangat buruk selama 80 menit untuk tiba – tiba mampu menang karena sebuah gol yang entah darimana datangnya, kartu merah lawan, atau mungkin tendangan penalti hadiah dari wasit – wasit yang mungkin selama ini diam – diam mengagumi tim asal Manchester ini.
Pendukung mereka ini apalagi. Kalau diceritakan gak akan ada habisnya. Mulai dari sombongnya yang mirip Eric Cantona, hingga arogan seperti sosok Roy Keane. Membanggakan sosok Ryan Giggs, David Beckham, Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, hingga kini masih juga membanggakan….Jesse Lingard. Belum lagi sombongnya mereka kala Ruud van Nistelrooy, Dimitar Berbatov, Robin van Persie, hingga …… Marcus Rashford menjadi sosok yang menentukan 3 poin bagi United di menit akhir pertandingan meski nama terakhir jelas jarang melakukan hal yang dulu sudah jadi rutinitas tim ini.
Tak ada lagi sosok – sosok mengerikan layaknya Ferguson. Yang ada badut tukang lawak bernama David Moyes, serta pelatih yang sudah lewat masa emasnya dalam sosok Louis van Gaal. Karisma dan pesona Jose Mourinho pun tak mereka gubris. Mereka kini terjebak dengan sosok pembunuh bayaran berwajah imut layaknya bayi yang memang….seperti seorang bayi yang tak mampu berbuat banyak. Kekalahan dan hasil seri kini jadi makanan tiap minggu para pendukung tim yang dulu katanya, nomor satu di dunia.
Bagi fans rival, ini adalah penantian panjang. Panjang sekali. Kini saya ingin menikmati hari – hari indah ini. Semoga saja pelatih berwajah bayi ini bisa bertahan setidaknya hingga akhir musim. Kami semua tak mau lagi menanti begitu lama. Kami sudah lama sekali menunggu datangnya hari – hari seperti ini. Hari dimana keadilan atas nama sepakbola dan pendukung anti Manchester United tiba.
Pendukung Liverpool, sudah puas atau masih butuh hiburan lagi? Hati – hati, kalo keenakan biasanya nanti kesalip lagi.
Ingat, tinggi hati adalah awal dari kehancuran.