“Dalam 4 tahun kebersamaan kami di City, kami seringkali merasa bingung sekaligus terkejut mendengar perintah Pep menjelang pertandingan. Tak jarang, kami benar- benar bingung apa yang harus kami lakukan sampai di saat terakhir pertandingan segera dimulai. Ini adalah awal yang bagus dan sekarang kami akan fokus ke Aston Villa untuk laga final Piala Carabao akhir pekan ini”, jelas De Bruyne.
Pep Guardiola lagi – lagi membuktikan bagaimana Ia bisa disebut sebagai salah satu pelatih terbaik yang pernah ada andai eksekusi pemainnya di lapangan berjalan lancar. Secara mengejutkan, Pep tidak memainkan Aguero, Sterling, serta Fernandinho dalam laga akbar leg pertama menghadapi Real Madrid di Santiago Bernabeu dini hari tadi (WIB). Ia malah menggunakan taktik 4-4-2 yang cukup aneh di mata orang awam. Pep menggunakan Gabriel Jesus dengan cara yang unik yakni bermain sedikit melebar bersama Mahrez di sisi lapangan. Dua pemain tengah yakni De Bruyne dan Bernardo Silva (kali ini ditempatkan di sisi serang sayap kiri pada formasi awal) bermain lebih vokal dan jadi pusat serangan City di depan. Pep memaksa De Bruyne dan Bernardo untuk melakukan high press ke lini kedua Madrid hingga Jesus dan Makrez mampu memanfaatkan ruang yang semakin lebar dan terbuka perlahan di sisi pinggir lapangan.
Tak jarang, De Bruyne dan Bernardo bermain begitu dalam hingga membuat Jesus dan Mahrez bermain berdua di depan sebagai penyerang dari lini tengah Madrid yang terbuka karena harus mengikuti pergerakan De Bruyne serta Bernardo. Bahkan, kembali cederanya Laporte tidak membuat City panik. Fernandinho masuk dan City tetap bermain sesuai rencana semula.
Sterling yang masuk di babak kedua pun memberikan perbedaan signifikan saat dipercayakan untuk tampil. Pergerakannya menyulitkan Dani Carvajal hingga akhirnya City berhasil membalikkan keadaan setelah sempat melakukan sedikit kesalahan dan tertinggal oleh gol Isco. De Bruyne jadi aktor utama di balik kemenangan bersejarah City di Bernabeu yang terkenal angker. Kartu merah yang diterima Sergio Ramos menjadi bonus tersendiri bagi City yang akan bermain di hadapan publik mereka sendiri dengan keunggulan 2 gol tandang di Spanyol.
Taktik ini sendiri juga menggambarkan satu hal yang mungkin luput dari perhatian banyak orang. Zidane, nampak sudah kalah sebelum bertanding dari Pep. Taktik yang Pep lakukan jelas dipraktikkan untuk menyegel formasi 4-3-3 atau 4-4-2 diamond milik Zidane. Terlalu kaku nya Zidane membuatnya terlihat begitu miskin taktik di hadapan Pep. Meski tak serta merta membuat Pep dengan mudah mampu menang, tapi bukankah mampu menebak dan mengantisipasi pergerakan lawan yang sudah jelas cara bermainnya akan menjadi nilai tambah yang menaikkan rasa percaya diri tim? Inilah yang menjadi kelebihan Pep dan kekurangan Zidane pada laga ini. Kejeniusan Pep berhasil terpancar karena eksekusi pemainnya di lapangan yang berhasil menerapkan strategi Pep di atas lapangan.
Jika memang City harus absen dari panggung Liga Champions musim depan, maka ini adalah kesempatan besar untuk mewujudkan ambisi terbesar klub biru asal Manchester ini. Menang dari “Raja”nya Eropa tentu akan memberikan suntikan moral dan kepercayaan diri yang begitu besar bagi City yang sedikit kurang beruntung musim ini.
Sanggup Pep?
