Real Madrid menjalani musim ini dengan peforma yang kurang konsisten, bahkan harus menelan beberapa kekalahan yang diluar kebiasaan permainan mereka. Ada beberapa langkah yang bisa menjadi pilihan, dan jika terealisasi secara akurat, bisa membawa kembali ke puncak selama bertahun-tahun.
Hal itu berkaitan dengan perpaduan yang tepat antara nama-nama besar, pemain muda dan permainan sistemik sangat penting. Bukan rahasia lagi Real Madrid berada di salah satu poin tertinggi dalam sejarah mereka sebelum Zinedine Zidane dan Cristiano Ronaldo pergi dengan tiba-tiba pada tahun 2018.
Namun, kembalinya Zidane telah mengarah pada stabilitas dan harapan. Tapi, mereka masih jauh mencapai kembali bentuk terbaik yang menjadi ciri khas manajerial sebelumnya.
Selama beberapa tahun terakhir, Real Madrid terkenal dengan cara mereka dalam membentuk skuat. Mereka membuat tim Galacticos yang berisikan bintang-bintang sepak bola dunia.
Gelombang pertama Galacticos adalah Zidane, Ronaldo, David Beckham, dan Luis Figo. Kedua terdiri dari Cristiano, Angel di Maria. Dan, pada tahun 2020 ini, mereka sudah mendatangkan Eden Hazard dan Luka Jovic dengan pengeluaran total 160 juta euro.
Di atas kertas, serangan Hazard, Benzema, Bale, Jovic, Vinicius dan Rodrygo terlihat mulai mengancam, tapi ada masalah yang jelas muncul di dalam dan di luar lapangan. Benzema dan Bale tidak konsisten, sementara Hazard keluar dari musim debutnya setelah mengalami cedera.
Hilangnya Ronaldo telah menyebabkan beberapa musim terakhir menjadi yang terburuk di depan gawang Los Blancos dalam sejarah mereka. Garis depan Madrid membutuhkan investasi serius. Ada beberapa pemain yang baik untuk didatangkan dalam waktu dekat, yakni Kylian Mbappe.
Pemain depan berusia 21 tahun ini, bisa jadi pengganti Ronaldo yang sudah lama dicari Real Madrid. Tapi, menambahkan hanya satu superstar tidak akan cukup, dan Florentino Perez mungkin harus mencari penyerang lain, seorang gelandang bertahan untuk menggantikan Casemiro dan bek tengah untuk menggantikan Sergio Ramos jika permainannya tidak berjalan sesuai harapan.
Jadon Sancho, Erling Håland, Eduardo Camavinga, Dayot Upamecano, Kalidou Koulibaly, dan Milan Škriniar adalah beberapa pemain yang dapat ditargetkan secara realistis.
Tulang punggung yang membawa Real Madrid meraih empat gelar Liga Champions dalam lima tahun terakhir, adalah Ramos, Marcelo, Luka Modric, KToni Kroos, Ronaldo, Benzema dan Bale. Kelompok inti pemain ini menyentuh ketinggian yang tidak pernah dimiliki sebelumnya.
Mereka mengantar ke salah satu era El Real yang sarat trofi. Tapi, setelah memenangkan semua itu, mereka tidak memiliki daya tahan fisik dan mental yang tersisa untuk bersaing di level tertinggi.
Ini bukan untuk mengatakan bahwa mereka harus dibuang dan dijual segera. Mereka harus secara bertahap dikeluarkan ketika sudah ada yang mengambil tempatnya.
Zidane dan Florentino Perez sangat hati-hati memilih beberapa talenta muda terbaik selama beberapa tahun terakhir. Eder Militão dan Benjamin Mendy harus diberi waktu lebih banyak dan Achraf Hakimi dan Sergio Reguilon harus dibawa kembali untuk memberikan opsi tambahan saat Ramos dan Marcelo absen.
Penyebab kursi panas manajer Real adalah kesuksesan langsung yang diprioritaskan ketimbang mengembangkan proyek jangka panjang. Rasa lapar ini telah membawa banyak kemenangan bagi klub, tetapi sudah waktunya mereka mempertimbangkan untuk mendukung manajer lebih lama dan memungkinkan mereka untuk menanamkan filosofi dengan langgeng.
Zidane menuntut rasa hormat dari para pemain di sekitarnya dan telah membuktikan dirinya sebagai seorang ahli taktik dan, yang lebih penting, seorang pemenang. Dia juga pemandu bakat yang hebat karena telah mengenali Raphael Varane, Isco, dan Federico Valverde.
Jika, karena suatu alasan, Zidane memutuskan untuk mundur seperti yang ia lakukan pada 2018, Madrid disarankan memilih Mauricio Pochettino. Dia sudah menyatakan keinginannya untuk bekerja di Bernabeu dan memiliki paduan bakat yang sempurna untuk berhasil di sana.
Mantan manajer Tottenham Hotspur ini, adalah seorang ahli taktik dan menggunakan cara bermain yang indah namun terstruktur.
Tugasnya di Tottenham juga membuktikan bahwa ia hebat dalam bekerja meskipun dengan dana terbatas. Dia berhasil membawa timnya tampil di final Liga Champions.