Panitia penyelenggara Olimpiade 2020 Tokyo meminta maaf kepada perenang artistik Ukraina, Marta Fiedina dan pasangannya Anastasiya Savchuk usai mereka disebut sebagai perwakilan dari Komite Olimpiade Rusia (ROC) saat upacara penyematan medali.
Fiedina dan pasangannya Savchuk meraih medali perungu, medali pertama Ukraina dalam renang artistik, dalam event tersebut, pasangan Svetlana Kolesnihchenko dan Svetlana Romashina dari Rusia meraih medali emas.
Tim ROC sendiri mengaku mereka netral dalam berkompetisi di Olimpiade 2020. Hal tersebut mereka lakukan sebagai bagian dari sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia oleh pengadilan Arbitrase Olahraga setelah otoritas negara bagian diketahui melakukan manipulasi data doping di Laboratium Moskow.
Juuru bicara panitia penyelenggara, Masa Takaya, mengaku kesalahan itu dibuat pihaknya saat menyampaikan negara-negara peraih medali dalam bahasa Prancis di Tokyo Aquatics Centre.
Seperti diketahui, pihak panitia penyelenggara menggunakan tiga bahasa: Prancis, Inggris, dan Jepang dalam penyampaian negara-negara peraih medali.
“Itu murni kesalahan operasional dan kami memohon maaf untuk itu,” kata juru bicara panitia penyelenggara Takaya.
“Petugas berbahasa Prancis yang memanggil peraih medali seharusnya mengatakan tim Ukraina, namun itu disebut ROC.” tambah Takaya.
Ramai yang mengkritik kesalahan tersebut. Kesalahan tersebut juga mendapat perhatian pelatih renang artistik Rusia, Tatyana Danchencko.
“Ya, bagi pihak penyelenggara Rusia dan Ukraina adalah tampaknya sama,” ucap Danchencko.
Atlet renang, Fiedina, bagaimanapun, bersikeras bahwa tim Ukraina tidak terganggu dengan kesalahan tersebut. Ia mengaku memahami kesalahan tersebut.
“Kami mendengar bahwa kami salah diberi nama dan bendera tercampur, tetapi tidak ada yang memperhatikan ini,” kata Fedina.
Kesalahan ini jelas sensitif karena ketegangan diplomatik antara Ukraina dan Rusia masih terjadi saat ini. Wilayah Ukraina Krimea diserbu oleh Rusia selama Olimpiade Musim Dingin Sochi 2014 dan setelah lebih dari tujuh tahun, Krimea masih diakui sebagai wilayah milik Ukraina oleh hukum internasional.
Konflik antara pasukan pemerintah Ukraina dan separatis yang didukung Rusia berlanjut di wilayah Donbas dekat perbatasan yang dibagi oleh kedua negara.