Sejarah baru telah tercipta.
Wales berhasil menorehkan sejarah baru setelah berhasil lolos ke babak semifinal Piala Eropa 2016. Belgia yang saat ini duduk di peringkat ke-2 rangking dunia FIFA, merupakan salah satu kuda hitam utama di turnamen ini. Namun, mereka harus rela kembali bertekuk lutut di hadapan Wales dengan skor 3-1 setelah sebelumnya juga tidak mampu berbuat banyak kala bersua di babak kualifikasi Piala Eropa.
Belgia yang sempat tampil luar biasa kala mengalahkan Hungaria 4 gol tanpa balas nyatanya dibuat tidak berdaya walau sempat unggul terlebih dahulu melalui gol sepakan jarak jauh Radja Nainggolan. Belgia yang bermain mendominasi pada awal pertandingan berhasil menarik para pemain tengah Wales untuk mundur dan bertahan sepihak. Wales yang menggunakan formasi 3-5-2 di awal pertandingan mau tidak mau dipaksa untuk bermain lebih bertahan dengan formasi 5-3-2 atau 5-4-1.
Gol dari Radja Nainggolan sempat membuat Belgia berada diatas angin dan seakan mematikan asa Wales untuk melaju lebih jauh ke babak semifinal. Namun, Chris Coleman dengan jeli kembali menggunakan pakem 3-4-2-1 dengan Gareth Bale dan Aaron Ramsey bermain sebagai double attacking mildfielder dan Hal-Robson Kanu diplot sebagai ujung tombak serangan Wales.
Meski tampil luar biasa, sangat disayangkan Aaron Ramsey harus absen pada pertandingan semifinal melawan Portugal nanti. Dengan catatat 1 gol, 4 assists, 26 tackles, 13 chances created, 19 interceptions, dan 47 ball recoveries, jelas Ramsey merupakan salah satu roh permainan Wales yang sangat krusial dan dibutuhkan kehadirannya di lapangan.
Sungguh disesalkan Ramsey harus menerima kartu kuningnya yang ke-2 dalam 5 pertandingan terakhir. Ekspresi kekecewaan jelas terpancar saat wasit memberikan kartu kuning yang praktis membuatnya baru bisa kembali membela Wales andai mereka berhasil melaju ke babak final 10 Juli mendatang.
Walau begitu, Aaron Ramsey tetap merupakan aktor utama dibalik kebangkitan Wales kembali dari ketertinggalannya. Ramsey berhasil mencuri spotlight pertandingan dengan mencetak 2 assists yang memastikan cerita dongeng Wales terus berlanjut. Umpan terukurnya melalui tendangan sudut pada menit ke-31 babak pertama berhasil menemui sundulan kepala Ashley Williams yang berhasil lepas dari kawalan Jordan Lukaku. Thibaut Courtois dan Kevin de Bruyne yang berdiri persis di depan garis gawang tidak mampu menahan kencangnya laju sundulan Williams.
Ramsey kembali mencatatkan assist untuk proses terjadinya gol spektakuler Hal-Robson Kanu. Umpan silang Ramsey berhasil dimanfaatkan Robson-Kanu untuk mengecoh 3 pemain bertahan Belgia sekaligus. Kanu seakan membangkitkan kembali Cruyff turn yang legendaris dan membuat gol yang dicetaknya layak dikenang dalam jangka waktu yang panjang. Disini terlihat bagaimana Belgia sungguh kehilangan sosok pemimpin dalam diri Vincent Kompany dan Jan Vertongheen yang tidak bisa ikut serta karena sedang mengalami cidera.
Belgia yang berbalik tertinggal praktis menaikkan tempo mereka untuk kembali unggul atas Wales. Marc Wilmots menarik Jordan Lukaku dan menggantinya dengan Dries Mertens yang punya insting menyerang lebih tinggi. Sayangnya Wales tidak terlena begitu saja dengan keunggulan mereka tersebut. Dengan berani Coleman menarik sang pencetak gol Hal-Robson Kanu dan menggantinya dengan striker lainnya yaitu Sam Vokes. Hal yang terjadi berikutnya merupakan kisah manis yang tidak akan terlupakan bagi Vokes. Pada menit ke-86 Vokes memastikan kemenangan Wales melalui sundulan terukurnya ke pojok kiri gawang Courtois.
Pemain lain seperti Ashley Williams juga tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Ia menjadi komandan utama atas kokoh dan solidnya pertahanan Wales setelah kebobolan oleh gol jarak jauh Nainggolan. Permainan keras diterapkan oleh barisan pertahanan Wales untuk mencegah para pemain menyerang Wales seperti Eden Hazard, Kevin De Bruyne, dan Marouane Fellaini bergerak leluasa di sekitar area penalti. James Chester, Chris Gunter, dan Ben Davies harus diganjar kartu kuning akibat dari pola permainan keras dan ngotot yang diterapkan oleh Coleman. Williams bahkan beberapa kali melakukan clearance krusial memotong umpan silang Meunier untuk Romelu Lukaku.
Dan meski Gareth Bale tidak mencetak gol maupun assist, teror yang ditebar Bale dari sisi sayap lapangan membuat para pendukung Belgia berkeringat dingin sepanjang 90 menit pertandingan.
Peluit panjang pun berbunyi dan para pemain serta segenap staff pelatih Wales berlarian ke lapangan merayakan keberhasilan mereka menorehkan prestasi terbaik mereka setelah terakhir kali melakukannya di Piala Dunia tahun 1958. Eden Hazard, Toby Alderweireld, dan Kevin De Bruyne hanya mampu tertunduk lesu dan berharap ada kesempatan kedua untuk menebus kekalahan tersebut.
Marc Wilmots kini jelas berada di ujung tanduk dan hampir dipastikan meninggalkan kursi utama pelatih Belgia setelah kegagalannya ini. Terlalu banyak waktu yang sudah diberikan pada Wilmots untuk mempersatukan generasi emas Belgia selama 4 tahun terakhir. Kegagalan kali ini nampak tidak mampu lagi ditolerir meski kesempatan untuk menebus dosa pada Piala Dunia 2 tahun mendatang di Rusia tetap terbuka. Apapun hasilnya, Belgia patut berbenah demi kelangsungan generasi emasnya yang selama ini tersia-siakan di level internasional.
Baiknya, sekarang kita mengalihan fokus kepada Wales, salah satu kuda hitam sebenarnya yang terus bermimpi meraih satu tiket menuju panggung impian 10 Juli mendatang.