Harry Maguire mungkin menjadi salah satu pesepakbola yang mengalami tekanan paling luar biasa secara mental dalam 3 hingga 4 tahun terakhir. Semenjak melangkahkan kaki ke Old Trafford, Maguire seakan tidak pernah luput dari pemberitaan yang seringkali memojokkan citranya.
Memang jelas ada faktor yang mengakibatkan hal tersebut. Mulai dari kesigapan, kelalaian, hingga koordinasinya dalam bertahan yang seringkali mengundang perdebatan. Bahkan yang terbaru, perdebatan perihal performanya kala menabrak rekan setim sendiri di laga menghadapi Ukraina mengakibatkan perang tweet antar pengamat sepakbola dalam negeri.
Tak selesai sampai disana, Maguire yang ”akhirnya” dicadangkan Southgate di laga menghadapi Skotlandia pun nyatanya tak berhenti berulah. Dimasukkan di babak kedua, Maguire tetap saja memberi sumbangsih berupa gol bunuh diri ke gawang Ramsdale. Meski sulit disalahkan, yang namanya Maguire jelas selalu punya sisi buruk untuk dikupas habis dan dijelek-jelekkan di media pemberitaan.
Maguire pun angkat suara dan berujar bahwa Ia sudah cukup berpengalaman melewati masa-masa sulit dalam beberapa tahun terakhir. Ia paham betul akan tanggung jawab yang diembannya saat bermain untuk klub sebesar Manchester United dan tim nasional sebesar Inggris.
Hanya saja, rasanya sudah cukup semua jeritan kekesalan ini kita tujukan pada Maguire. Tanpa bermaksud membela sang pemain (yang memang terkadang sulit dibela), nampaknya ini jadi momen tepat untuk membiarkan saja Maguire bermain tanpa banyak tekanan berarti. Anggap saja kita semua sudah memakhlumi apa yang Ia lakukan atau akan lakukan, dan secepatnya move on usai aksi apapun yang Maguire lakukan benar-benar terjadi.
Tak banyak yang bisa dilakukan saat pemain tersebut sendiri sudah tak lagi memiliki ketenangan pikiran dan batin apalagi jika hal tersebut merembet sampai keluar lapangan. Yang terbaru, ada juga pemain asal Brazil, Richarlison yang juga tengah mengalami masa-masa sulit dalam 1-2 musim terakhir. Ia mengaku bahwa saat semua tak berjalan baik dalam pikirannya, semua juga ikut menjadi buruk dan salah saat Ia menginjakkan kaki di atas lapangan.
Pemain sepakbola profesional ini juga tetaplah seorang manusia biasa. Maka dari itu, mungkin kini apa yang paling mereka butuhkan bukanlah cercaan atau komentar tajam yang menjatuhkan, namun jarak yang cukup untuk kembali memanusiakan mereka sebagaimana mestinya.