Sebuah era yang bersejarah akan berakhir di Singapura pada tahun 2024, ketika pacuan kuda resmi dihentikan di negara tersebut.
Keputusan ini diambil oleh Singapore Turf Club (STC), satu-satunya penyelenggara pacuan kuda di Singapura, setelah berdiskusi dengan pemerintah.
STC mengumumkan bahwa pertemuan pacuan kuda terakhir mereka akan diadakan pada tanggal 5 Oktober 2024, bertepatan dengan penyelenggaraan Grand Singapore Gold Cup ke-100.
Setelah itu, arena pacuan kuda Kranji akan ditutup dan lahan seluas 120 hektar tersebut akan digunakan untuk pengembangan perumahan publik dan swasta.
Penutupan arena pacuan kuda Kranji merupakan keputusan yang sulit bagi STC, mengingat pacuan kuda telah menjadi bagian integral dari budaya Singapura selama lebih dari 180 tahun.
Pacuan kuda pertama kali diperkenalkan ke Singapura pada tahun 1842 oleh pedagang Skotlandia bernama William Henry Macleod Read.
Sejak saat itu, pacuan kuda menjadi olahraga yang populer di kalangan masyarakat Singapura, dan menarik perhatian para penggemar dari seluruh dunia.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, popularitas pacuan kuda di Singapura mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk meningkatnya biaya pemeliharaan kuda, persaingan dari bentuk hiburan lain, dan perubahan demografi penduduk Singapura.
Sebagai tanggapan atas menurunnya popularitas pacuan kuda, STC telah melakukan berbagai upaya untuk revitalisasi olahraga ini, termasuk memperkenalkan teknologi baru dan menyelenggarakan acara-acara yang lebih menarik bagi generasi muda.
Namun, upaya-upaya tersebut tampaknya tidak cukup untuk menyelamatkan pacuan kuda dari kepunahan di Singapura.
Keputusan untuk menutup arena pacuan kuda Kranji telah menuai berbagai reaksi dari masyarakat Singapura.
Beberapa orang merasa sedih atas berakhirnya sebuah tradisi yang bersejarah, sementara yang lain mendukung keputusan tersebut dengan alasan bahwa lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih bermanfaat.
Terlepas dari pro dan kontra yang ada, keputusan untuk menutup arena pacuan kuda Kranji merupakan sebuah keputusan yang tidak dapat dihindari.
Pacuan kuda telah menjadi bagian dari sejarah Singapura, tetapi olahraga ini tidak lagi sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat Singapura modern.