Brazil akan menjadi tuan rumah dari perayaan olahraga terbesar dunia dalam Olimpiade Rio de Janeiro 2016 5 Agustus mendatang. Para atlit terbaik dari seluruh dunia di cabangnya masing-masing sudah berkumpul di Brazil demi mengharumkan nama bangsa mereka serta mendeklarasikan diri sebagai yang terbaik.
Meski demikian, untuk cabang olahraga sepakbola, Olimpiade bukanlah ajang yang paling bergengsi ataupun paling prestisius. Ajang Olimpiade jelas masih kalah bersaing dibandingkan gelaran Piala Eropa, Copa America, ataupun ajang Piala Dunia. Hal ini disebabkan oleh peraturan yang menetapkan bahwa ajang Olimpiade mayoritas akan dibela oleh para pemain belia dibawah usia 23 tahun. Walau demikian, ada peraturan khusus yang memperbolehkan setiap negara menggunakan maksimal 3 orang pemain yang berusia diatas 23 tahun atau sering juga disebut overaged player. Peraturan tersebut menjadikan Olimpiade lebih mirip seperti ajang Piala Dunia Junior di cabang olahraga sepakbola.
Akan tetapi, menjadi juara di ajang sebesar Olimpiade jelas menjadi jembatan yang sangat baik untuk memperkenalkan diri kepada dunia. Lihat saja bagaimana Lionel Messi mengawali karir gemilangnya setelah berhasil mencium medali emas bersama Argentina pada Olimpiade Beijing 2008 silam.
Dan berbicara mengenai gelar di ajang internasional, Brazil sang tuan rumah merupakan salah satu yang terbaik di level sepakbola senior. Koleksi 5 buah trofi Piala dunia serta 8 buah piala Copa America menjadi bukti sahih kebesaran Brazil sebagai salah satu negara tersukses sepanjang sejarah sepakbola.
Hanya saja, Brazil sama sekali belum pernah meraih medali emas pada ajang sepakbola di Olimpiade! Raihan terbaik Brazil pada ajang ini hanyalah raihan medali perak pada tahun 1984, 1988, dan 2012 lalu, serta raihan medali perunggu pada tahun 1996 dan 2008 lalu.
Sebagai tuan rumah, Brazil jelas akan mati-matian berjuang demi meraih medali emas pada Olimpiade kali ini. Keseriusan Brazil terbukti saat pelatih mereka Rogerio Miceli memanggil superstar Barcelona Neymar serta pemain sayap Bayern Muenchen Douglas Costa sebagai pemain overaged yang akan membantu barisan pemain muda Brazil. Meski pada akhirnya Costa harus mundur lantaran cedera paha yang dialaminya, kehadiran Neymar sebagai tulang punggung tim jelas akan menjadi pelecut semangat pemain muda lain seperti Gabriel Barbosa cs. untuk menjadi yang terbaik di kandang sendiri.
Brazil jelas mengemban tugas berat. Tergabung di grup A bersama Afrika Selatan, Irak, dan Dermark, Brazil harus mampu tampil lepas dan menghapus bayang-bayang kegagalan tim nasional senior Brazil saat hancur tak bersisa kala dihancurkan Jerman 1-7 pada Piala Dunia Brazil 2 tahun lalu. Hal itu belum ditambah dengan keraguan publik saat Brazil gagal menembus babak knock-out Copa America Centenario saat kalah melawan Peru.
Perjuangan baru akan dimulai dan perjalanan menuju puncak masihlah panjang. Fokus para pemain harus tetap dipertahankan. Kebiasaan berpesta yang menjadi penyakit dari para pemain Brazil mulai dari Ronaldo da Lima, Ronaldinho, Adriano, hingga jamannya Neymar kali ini harus bisa dihentikan sejenak. Karena jika ingin sukses mendulang sejarah, hanya ada dua kata yang harus terus terpatri di benak tim nasional Brazil.
Emas dan juara!