Misi Penting Jack Wilshere - Berita Olahraga | Betting Online | Kasino Online

Misi Penting Jack Wilshere

Pada akhir bursa transfer musim panas kali ini, tidak sedikit dari banyaknya pendukung Arsenal yang merasakan sebuah dilema. Kedatangan dua pion penting Lucas Perez serta Skhodran Mustafi harus dibayar dengan perginya “mantan” anak emas Arsenal, Jack Wilshere.

Meski hanya pergi dengan status pinjaman selama satu musim kedepan, kepergian Wilshere menjadi sebuah berita yang selama ini mungkin tidak pernah terlintas di benak para Gooners di seluruh dunia.

Sebagaimana yang kita tahu, Wilshere merupakan salah satu talenta terbaik Inggris dalam 10 tahun terakhir ini. Belum lepas dari ingatan bagaimana pada musim 2010/2011 yang lalu, WIlshere yang baru saja kembali dari masa peminjamannya bersama Bolton Wanderers langsung datang menggebrak skuad utama The Gunners dan menjelma menjadi nyawa serta roh lini tengah Arsenal bersama Cesc Fabregas.

Bagaimana mungkin kita bisa melupakan performanya menguasai lini tengah lapangan kala Arsenal menang menghadapi Barcelona di fase gugur 16 besar UEFA Champions League saat itu? Perlu dicatat bahwa saat itu Wilshere baru berusia 18 tahun! Bahkan lawan yang dihadapinya kala itu adalah Barcelona yang notabene memiliki sekumpulan maestro lini tengah seperti Xavi, Andreas Iniesta, serta Sergio Busquet. Gelar Man of the Match pada laga tersebut seakan memproklamasikan namanya sebagai pemain bermasa depan cerah bagi Arsenal dan tentunya tim nasional Inggris. Xavi bahkan pernah berujar bahwa Wilshere adalah satu-satunya pemain Inggris yang kala itu layak untuk dimasukkan ke dalam skuad tim nasional Spanyol yang bergelar sebagai juara dunia di tahun tersebut.

Determinasi, serta emosi khas dirinya yang kerap bermain begitu berapi-api membuat Wilshere seringkali digadang-gadang sebagai kapten masa depan Arsenal. Dengan posturnya yang terbilang kecil bagi pemain tengah, Wilshere tidak pernah takut untuk beradu dengan pemain yang berpostur lebih besar, baik itu saat tengah berada dalam permainan ataupun saat beradu argumen serta fisik saat melayangkan protes pada lawan ataupun wasit.

Di masa terbaiknya, permainan Wilshere terlihat gesit dan juga lincah kala menggiring bola yang bagai menempel di kakinya. Dirinya kerap tiba-tiba menerobos baris pertahanan lawan dengan dribble serta operannya yang membelah lapangan. Hal itu juga ditambah dengan etos kerja serta semangatnya untuk merebut bola saat sedang dikuasai oleh lawan. Sayangnya, letupan kembang api tersebut kini hilang akibat rentetan cedera yang menghambat pertumbuhan kariernya.

Musim 2010/2011 adalah musim terakhirnya yang ia lalui tanpa rentetan absensi di lapangan karena cedera. Terhitung dari musim 2011/2012 hingga hari ini, Wilshere telah melalui 889 hari masa pemulihan dari cedera! Cedera ligamen otot, lutut, hingga pergelangan kaki telah menjadi sahabat Wilshere dalam 5 sampai 6 tahun terakhir ini. Bahkan musim 2015/2016 ia hanya tampil di 3 pertandingan terakhir Arsenal di ajang Premier League.

Dan saat ditanya mengenai targetnya untuk musim yang baru, Wilshere hanya bisa berujar bahwa ia berharap untuk mampu bermain secara reguler dan membantu Arsenal meraih posisi terbaik di Liga. Sayangnya, dengan kehadiran Granit Xhaka, konsistensi Santi Cazorla, dan juga keberadaan Aaron Ramsey, Francis Coquelin, dan juga Mohammed Elneny, maka impian Wilshere untuk tampil secara rutin akan mengalami kendala yang serius.

Arsene Wenger tahu benar potensi yang dimiliki oleh anak kesayangannya tersebut. Bukan trofi dan gelar juara yang kini menjadi tujuan Wilshere. Misinya jauh lebih mudah dari itu. Wilshere hanya perlu seorang pelatih dan sebuah tim yang mau memaksimalkan talentanya serta memainkannya secara reguler tiap minggunya. Ia hanya perlu menemukan kembali performa yang terbaik dari dirinya saat ini.

Berita yang beredar menginformasikan bahwa kurang lebih 20 klub di Eropa berniat menampung Wilshere untuk sementara waktu. Mulai dari AS Roma, AC Milan, Crystal Palace, hingga AFC Bournemouth. Nama terakhir yang akhirnya dipilih sebagai tempat persinggahan sementara dinilai tepat oleh banyak kalangan termasuk Wenger sendiri. Bersama dengan salah satu pelatih muda terbaik Inggris, Eddie Howe, Wilshere bisa mendapatkan didikan yang baik, terarah, serta jam terbang yang lebih tinggi dibandingkan jika ia bergabung bersama AS Roma ataupun AC Milan. Lagipula jika WIlshere hengkang ke Italia dan hanya duduk mengahangatkan bangku cadangan maka kondisinya tidak akan lebih baik untuk dirinya saat ini.

Karena kenyataannya, Wilshere yang dulu bukanlah Wilshere yang sekarang.

Wilshere sendiri mengakui bahwa ia sudah tidak mampu lagi bermain seperti dulu saat ia pertama kali masuk ke skuad utama Arsenal sebagai pemain muda berbakat dengan semangat yang meledak-ledak. “Saya yang paling tahu mengenai kondisi fisik tubuh saya saat ini, tentang apa yang bisa dan sudah tidak bisa lagi saya lakukan”, begitu ujarnya pada awal Agustus lalu.

Cedera telah merenggut beberapa aspek penting dalam dirinya. Meski baru berusia 24 tahun, fisik yang terus digerogoti oleh cedera selama 5 tahun terakhir akan membuat siapapun kesulitan kembali mengeluarkan permainan terbaiknya. Hal yang perlu ia lakukan hanyalah mencari jati dirinya, mengetahui fungsi serta posisi terbaiknya di lapangan saat ini, serta mengembalikan insting bertandingnya yang mungkin telah menjadi tumpul.

Bersama Eddie Howe, Wilshere diharapkan mampu terlahir kembali sebagai pemain yang lebih baik. Mungkin tidak secara fisik ataupun teknik, tetapi sebagai seorang pesepakbola yang tahu akan jati diri sebenarnya hingga mampu mengeluarkan potensi terbaik yang masih tersimpan di dalam dirinya selama ini.

Kembalilah dan buktikanlah bahwa Jack Wilshere memang pantas dianggap sebagai salah satu talenta terbaik yang pernah dimiliki Arsenal, Inggris, Eropa, dan juga dunia.

Come back stronger Jack! #COYG

 

Picture source: skysports.com

 

Popular News

IMG_4202
Sabar/Reza Juara Spain Masters, Menang Dramatis Lawan Malaysia
31 March 2024
Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani berhasil menjuarai Spain Masters...
8
Duet Gia dan Megawati Pencetak Poin Red Sparks Musim Ini
31 March 2024
Giovanna Milana alias Gia menyatakan tidak ingin mengucapkan selamat tinggal pada...
navii
NAVI melaju ke final Copenhagen Major atas G2
31 March 2024
Natus Vincere muncul sebagai pemenang semifinal kedua PGL Major Copenhagen, mengamankan...
fz
FaZe mengalahkan Vitality untuk mendapatkan tempat terakhir Major
31 March 2024
FaZe menjadi grand finalis pertama PGL Major Copenhagen setelah mengalahkan Vitality...
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

SHARE THIS ARTICLE WITH FRIENDS

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on google
Google+

Leave a Comment

Your email address will not be published.