Chelsea jelas bukan lawan favorit Arsenal dalam 5 tahun terakhir ini. Semenjak terakhir kali menang 3-5 di Stamford Bridge pada tahun 2011 lalu, Arsenal selalu gagal mencetak gol setiap kali bersua Chelsea di ajang Liga Inggris. Meski sempat berhasil mengalahkan Chelsea 1-0 pada ajang Community Shield di awal musim lalu, Arsenal kembali gagal mengalahkan Chelsea pada 2 laga mereka di ajang Liga Inggris, kembali tanpa mencetak 1 gol pun ke gawang Thibaut Courtois.
Arsene Wenger yang baru saja merayakan 20 tahun masa baktinya bersama Arsenal kembali harus menghadapi Chelsea hari Sabtu kemarin. Dan berbicara mengenai perayaan, Wenger jelas trauma dengan perayaan terdahulu kala ia menyambut pertandingan ke 1.000 nya bersama Arsenal juga saat melawan Chelsea. Saat itu, Wenger harus rela pencapaian apiknya dinodai oleh kekalahan memalukan 6-0 serta 1 buah kartu merah yang dilayangkan kepada Alex Oxlade Chamberlain.
Seakan terbangun dari mimpi buruknya, Wenger akhirnya mampu tersenyum dan melompat kegirangan bagai anak kecil melihat anak asuhnya menghancurkan Chelsea 3 gol tanpa balas pada laga Sabtu kemarin. Permainan Arsenal di babak pertama mendekati permainan sempurna. Wengerball, begitu biasa pola permainan cantik Arsenal ala Arsene Wenger disebut, terlihat mendominasi jalannya pertandingan dan begitu sedap dipandang mata.
Faktor Alexis Sanchez
Terlepas dari apiknya para pemain Arsenal serta rapuhnya baris pertahanan Chelsea, ada 1 poin yang bisa menjelaskan bagaimana Arsenal mampu menghancurkan baris serta pola pertahanan Chelsea yang selama ini tak bisa mereka tembus. Selain faktor belum padunya para pemain Chelsea dengan arahan formasi yang diterapkan pelatih baru mereka Antonio Conte, faktor kepercayaan Wenger untuk tetap memposisikan Alexis Sanchez di posisi penyerang utama menjadi faktor lain yang paling krusial. Memang cederanya Olivier Giroud dan fase awal bergabungnya Lucas Perez bisa juga menjadi faktor lain mengapa Alexis dipercaya mengisi posisi paling depan tersebut, namun alasan taktikal yang mendasari kepercayaan Wenger terhadap Alexis tidak boleh kita pandang sebelah mata.
Alexis terkenal akan gaya bermainnya yang ngotot disertai determinasi serta akselerasi tinggi yang sering merepotkan pemain bertahan lawan. Meski skill individunya tidak bisa dibilang sangat menonjol namun pergerakan tanpa lelahnya sering menjadi momok yang menakutkan bagi para pemain bertahan. Hal ini belum ditambah dengan insting mencetak golnya yang sangat tajam.
Diplot sebagai penyerang utama pada awal musim, Alexis tampil dibawah standar dan mengakibatkan banyak fans Arsenal yang meragukan kapabilitasnya mengisi posisi tersebut. Pada dasarnya, Alexis lebih cocok bermain sebagai pemain sayap kiri yang sering melakukan cut-inside ke daerah tengah lapangan untuk melepaskan umpan atau tembakan di area kotak penalti lawan. Hanya saja, keraguan tersebut berhasil dibungkam pada pertandingan melawan Hull City dan Chelsea.
Sebagai penyerang utama, Alexis sangat sering turun ke daerah tengah lapangan untuk memudahkannya mendapatkan supply bola dari baris pertahanan Arsenal. Pergerakan Alexis yang tidak monoton seperti Olivier Giroud menyulitkan pemain bertahan lawan untuk melepaskan penjagaan mereka terhadapnya. Jika biasanya Giroud akan langsung mengoper kembali bola dengan sentuhan one touchnya, maka Alexis bisa mengkombinasikan hal tersebut dengan skillnya menggiring bola, kemampuannya melepas umpan silang, ataupun melewati lawan menggunakan akselerasinya dalam berlari. Hal ini membuat baris pertahanan lawan tidak bisa memberikan ruang yang luas bagi Alexis untuk berkreasi secara leluasa dan mau tidak mau menaikkan baris pertahanan mereka mengikuti pergerakan Alexis.
Berkah Pemain Berkecepatan Tinggi di Sisi Sayap Formasi Arsenal
Kebiasaan Alexis ini dimanfaatkan Wenger untuk mengeksploitasi garis pertahanan lawan. Diberkahi oleh pemain berkecepatan tinggi di sisi sayap seperti Theo Walcott, Alex Iwobi, serta dua full-back mereka Nacho Monreal dan Hector Bellerin, Arsenal mampu menembus garis pertahanan lawan yang sudah terlanjur naik menjauhi daerah penalti mereka. Belum lagi pergerakan serta visi Mesut Ozil dan Santi Cazorla sebagai jenderal lapangan tengah Arsenal yang mampu melepaskan umpan berbahaya dari sisi manapun ke jantung pertahanan lawan. Hal ini terlihat pada proses terciptanya gol pertama dan ketiga Arsenal. Gary Cahill lengah dan dalam sekejap determinasi serta akselerasi Alexis menciptakan peluang emas yang berujung gol bagi Arsenal
Chelsea terlihat kebingungan menghadapi pergerakan pemain Arsenal yang dikomandani oleh trio Ozil-Iwobi-Alexis. Saat bertahan lebih dalam, Chelsea yang pada awal pertandingan menggunakan formasi 4-1-4-1 mengganti formasi mereka menjadi 5-4-1 saat tidak sedang menguasai bola tetap kelimpungan menghadapi permainan Arsenal. Willian sebagai sayap kanan turun dan berdiri sejajar dengan 4 pemaib bertahan Chelsea, sedangkan Eden Hazard turun ke tengah menemani Nemanja Matic, Cesc Fabregas, dan N’golo Kante. Sayangnya, pergerakan serta umpan-umpan cepat dan pendek Iwobi-Ozil-Alexis, serta Walcott, Bellerin dan Monreal yang menusuk dari sisi lapangan dengan mudah menghancurkan gembok pertahanan Chelsea. Gol ke-2 malam itu menjadi bukti bagaimana David Luiz cs. tidak kuasa menahan laju eksplosif para pemain Arsenal.
Pergerakan Alexis yang begitu agresif juga membantu Arsenal bertahan dari garis paling depan. Hal ini memberikan waktu bagi pemain tengah dan belakang Arsenal untuk bertahan lebih baik di posisi mereka yang seharusnya. Tembok tebal di depang gawang Petr Cech pun dapat terbentuk memanfaatkan waktu yang dibuang lawan menghadapi agresifitas Alexis dalam beberapa kesempatan.
—
Alexis membayar kepercayaan Wenger dengan luar biasa. Kini ia telah mencetak 47 gol dalam 100 penampilannya berseragam Arsenal, hanya terpaut 1 gol dari rekor Thiery Henry pada 100 pertandingan pertamanya bersama Arsenal. Legenda Arsenal lainnya Martin Keown berujar bahwa dengan pencapaiannya sejauh ini Alexis layak disebut sebagai pemain terbaik Arsenal setelah generasi Henry berakhir.
Dan mungkin saja pergantian posisi yang Wenger lakukan terhadap Alexis juga terinspirasi dari pengalamannya mengubah Henry dari seorang winger menjadi seorang penyerang yang memiliki naluri mencetak gol bak binatang buas.
Meski Wenger pernah gagal mentransformasi Theo Walcott (atau belum), nampaknya transformasinya pada peran Alexis Sanchez kini mulai membuahkan hasil yang semoga berujung manis.