Atletico Madrid berhasil memuncaki klasemen sementara grup D Liga Champions setelah mengalahkan Bayern Munich dengan skor 1-0. Hal ini sekaligus mengakhiri rekor kemenangan 100% Bayern dibawah asuhan pelatih baru mereka Carlo Ancelotti. Setelah musim lalu tersingkir dalam babak semi-final, kini Bayern harus rela menelan hasil serupa oleh lawan yang sama.
Pertandingan ini juga memberikan kado manis bagi Diego Simeone. Selain memperpanjang rekor belum terkalahkannya Atletico musim ini, pada akhirnya, Simeone mampu menang menghadapi Carlo Ancelotti pada laga Liga Champions. Sebagaimana yang kita tahu, meski pada laga domestik Simeone seringkali unggul, namun pada pertemuan mereka di laga Eropa Ancelotti selalu mendapatkan hasil yang lebih baik dimana salah satunya terjadi pada laga final Liga Champions musim 2013/2014.
Meski menguasai jalannya pertandingan, Bayern yang menggunakan formasi dasar 4-3-3 tidak mampu memberikan ancaman berarti di sepanjang pertandingan. Hanya sepakan volley Thomas Muller dan tendangan keras Frank Ribery pada saja yang menjadi ancaman berarti bagi Bayern sepanjang 90 menit jalannya pertandingan. Robert Lewandowski yang mencetak 10 gol dalam 8 pertandingan terakhir Bayern nyatanya tidak mampu tampil baik setelah dikunci pergerakannya oleh pemain yang semakin menegaskan namanya sebagai salah satu bek tengah terbaik dunia, Diego Godin.
Simeone yang sepanjang pertandingan selalu bersikap aktif dan berteriak memberikan instruksi kepada pemainnya tampak tahu benar apa yang ia lakukan, berbanding terbalik dengan Ancelotti yang nampak berdiri diam dan pasif sambil melipat tangan menyaksikan anak asuhnya bertanding. Keputusan Simeone menempatkan Koke sebagai gelandang tengah berbuah manis. Kepiawaiannya mengatur tempo permainan melalui penguasaan bolanya membantu Atletico mampu melancarkan serangan balik yang merepotkan Bayern. Gol satu-satunya yang dicetak oleh Yannick Carrasco tercipta berkat taktik impresif yang dilancarkan Simeone untuk menekan garis pertahanan Bayern secara mendadak melalui skema pressing serta kombinasi umpan pendek dan terobosan dari tengah lapangan.
Atletico bahkan bisa unggul 2 gol pada fase awal babak pertama andai Fernando Torres mampu melakukan tugasnya dengan baik. Pada menit-menit awal, sistem pressing Atletico memberika Torres kuasa untuk terus berlari memberikan tekanan kepada pemain bertahan Bayern. Torres dengan pressingnya sempat mencuri bola dari kaki Javi Martinez, namun pergerakannya yang kurang cepat menggagalkan usahanya dalam mencetak gol. Lalu Torres kemudian juga gagal memasukkan bola melalui sundulannya dalam jarak yang sangat dekat. Meski posisinya tidak terkawal, bola hasil sepakan pojok tersebut hanya mampu membentur mistar gawang dari Manuel Neuer.
Kemenangan nyaris sempurna Atletico hanya sedikit ternoda oleh kegagalan Antoine Griezmann dalam mengeksekusi tendangan penalti di paruh akhir babak ke-2. Tendangan kerasnya hanya membentur bagias kanan atas tiang gawang dan gagal menemui sasaran meski Neuer terlihat sudah berdiri terpaku di tengah karena salah dalam memperkirakan arah tendangan Griezmann.
Atletico boleh berharap bahwa kemenangan kali ini akan meningkatkan moral mereka yang musim lalu kembali hancur oleh kekalahan menyakitkan pada laga final. Namun melihat grafik penampilan Atletico yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir, bisa saja langkah mereka tahun ini kembali akan mengantarkan Simeone jauh melaju ke babak yang berikutnya.
Final Liga Champions 2 tahun berturut-turut? Bisa saja, namun akan lebih baik tidak berharap banyak di awal-awal musim.