James Milner yang tahun ini telah genap berusia 30 tahun bukanlah lagi sosok asing bagi para pecinta sepakbola khususnya para penggila liga Inggris Premier League. Semenjak memulai karirnya di Premier League bersama Leeds United pada musim 2002/2003, Milner memang sudah banyak dibicarakan sebagai salah satu pemain berbakat Inggris di masa depan. Dan meski namanya tidak seterkenal David Beckham, Frank Lampard, Steven Gerrard, ataupun Wayne Rooney, Milner menjadi salah satu pemain paling konsisten yang pernah merumput di Inggris selama 13 tahun terakhir.
Setelah berpetualang bersama Leeds, Newcastle, Aston Villa, dan Manchester City, kini Milner yang membela Liverpool baru saja menjadi sosok pahlawan dalam kemenangan mereka atas Swansea City dalam laga lanjutan Premier League.
Meski sempat tertinggal terlebih dahulu melalui gol Leroy Fer, tandukan Roberto Firmino dan gol yang dilesakkan Milner melalui titik putih melanjutkan catatan impresif Liverpool musim ini. Kini Liverpool telah mengoleksi 16 poin dalam 7 laga mereka sejauh ini dan duduk di posisi ke-4 sementara. Liverpool menempel ketat Manchester City dengan 18 poin di puncak klasemen dan akan menjamu Manchester United 2 minggu lagi setelah jeda internasional minggu depan.
Pada pertandingan melawan musuh bebuyutan mereka 2 minggu mendatang, Liverpool boleh berharap Milner akan mencetak gol. Mengapa demikian? Ternyata, dari total 45 gol yang telah dicetak Milner selama berkarir di Premier League, Milner tidak pernah kalah dengan rekor 100% setiap kali ia mencetak gol untuk tim yang dibelanya. Itu berarti, Milner selalu diharapkan untuk mencetak gol demi kelanjutan rentetan kemenangan Liverpool.
Milner juga mengalami transformasi posisi musim ini. Seperti yang kita tahu, Milner kini mengisi posisi bek sayap kiri Liverpool setelah Jurgen Klopp kehilangan kepercayaanya terhadap Alberto Moreno yang tampil inkonsisten. Hal ini menambah kesan Milner sebagai pemain paling serba bisa di Premier League. Milner pernah mengisi seluru peran dan posisi di lapangan selain posisi penjaga gawang. Meski berposisi asli sebagai seorang gelandang box-to-box, namu kelihaiannya dalam beradaptasi membuatnya begitu disukai oleh semua pelatih yang pernah bekerja sama dengannya.
Manuel Pellegrini yang pernah melatih Milner semasa bermain di Manchester City juga memuji peran multifungsi Milner. Pellegrini berujar bahwa Milner selalu menjadi kandidat utama pemain yang akan masuk jika ia duduk di bangku cadangan karena perannya yang fleksibel ketika diberikan berbagai macam instruksi. Sebuah hal yang jarang kita lihat bagaimana pemain seperti Milner bisa fasih bermain dan juga mempengaruhi tim yang ia bela melalui perannya yang kerap berganti-ganti.
Meski demikian, Milner juga punya catatan aneh tersendiri. Meski pernah meraih gelar juara Premier League, FA Cup, dan Carling Cup bersama Manchester City, Milner punya catatan yang agak ganjil di setiap laga final sebuah kejuaraan dimana tim yang dibelanya berlaga. Mungkin mahkota Premier League boleh dijadikan pengecualian karena dijalankan dengan sistem liga, namun dalam setiap laga final yang ia jalani, jika bermain, maka Milner selalu berada di tim yang kalah dalam laga final tersebut.
Mengapa bisa City merengkuh titel FA dan Carling Cup yang dijalankan dengan sistem turnamen? Jawabannya karena Milner tidak bermain sama sekali dalam laga final City kala itu. Musim lalu kutukan itu berlanjut saat Liverpool menyerah pada 2 laga final Carling dan Europa League saat Milner bermain dalam kedua pertandingan tersebut.
Terlepas dari kutukan dan fenomenalnya catatan kemenangan tim saat ia mencetak gol di liga, Milner adalah salah satu pemain yang paling konsisten sepanjang sejarah Premier League. Telah mencatakan total 423 penampilan di ajang Premier League, Milner boleh disebut sebagai salah satu yang terbaik yang pernah merumput di tanah Inggris.
Setidaknya sebagai pemain multifungsi terbaik sepanjang sejarah Premier League.