Dunia sepakbola akan kembali kehilangan salah satu pemain terbaik mereka tahun ini. Philipp Lahm yang dikenal sebagai salah satu pemain paling cerdas dan serba bisa itu akan mengakhiri karirnya di atas lapangan hijau di penghujung musim 2016/2017 ini.
Lahm yang terkenal sebagai salah satu pilar abadi Bayern Muenchen selama masa baktinya ini telah mengarungi 501 pertandingan semenjak menjalani debutnya di tahun 2002 silam. Sempat dipinjamkan ke Stuggart di tahun 2003 hingga 2005, Lahm kembali ke Muenchen sebagai pilar utama di sektor kanan pertahanan tim yang tidak tergantikan hingga saat ini. Bersama Bayern Lahm telah meraih 7 gelar Bundesliga, 6 buah Piala Jerman, dan juga sebuah trofi Liga Champion di musim 2012/2013 lalu.
Pep Guardiola pernah memuji Lahm sebagai pesepakbola tercerdas yang pernah bekerja sama dengannya. “Bersama Lahm, Anda tidak butuh melakukan penjelasan yang rumit. Ia dapat segera memahaminya dan saya hanya bisa terkejut melihat aplikasi yang Lahm lakukan diatas lapangan”. Lahm yang dominan menggunakan kaki kanannya bahkan bisa bermain di kedua sisi lapangan berkat kecerdasan dan kemampuannya beradaptasi dengan baik dalam bentuk taktik yang seperti apapun. Tentu kita ingat bagaimana Lahm yang notabene bertubuh pendek untuk ukuran pesepakbola (hanya memiliki tinggi 170 cm) dipasang Guardiola sebagai pemain jangkar (defensive mildfielder) yang harus berjibaku sebagai pemutus alur serangan tim lawan di depan baris pertahanan gawang tim, posisi yang biasanya diberikan kepada pemain dengan fisik besar serta mampu beradu fisik secara terus menerus dengan pemain lawan.
Selain dikenal sebagai pemain serba bisa, Lahm juga dikenal sebagai pemain yang selalu bermain sportif. Terhitung, Lahm mencetak rekor sebagai pemain yang selama karir profesionalnya tidak pernah mendapatkan 1 kartu merah pun! Hal ini membuatnya begitu dicintai serta dihormati oleh para pendukung Bayern serta tim nasional Jerman.
Kepemimpinannya juga tidak perlu lagi diragukan. Selain membawa Bayern meraih begitu banyak trofi, Lahm juga sukses menorehkan tinta emas sebagai kapten dari tim pemenang Piala Dunia tahun 2014 lalu. Bersama Jerman, Lahm sukses masuk sebagai bek kanan terbaik Piala dunia dalam 3 pagelaran berturut-turut di tahun 2006, 2010, serta 2014. Lahm juga terpilih dalam 11 pemain UEFA Team of the year di tahun 2006, 2008, 2012, 2013, dan 2014.
Kini pemain berusia 33 tahun tersebut sudah memutuskan untuk gantung sepatu di bulan Mei mendatang. Kontraknya yang masih tersisa hingga tahun 2019 sebenarnya menunjukkan bagaimana Bayern masih begitu mempercayai kinerja Lahm diatas lapangan, namun sayang, sang pemain memiliki pemikiran berbeda.
“Saya memasuki uia 33 tahun saat ini. Sebagai kapten tim, saya wajib memberikan sesuatu yang luar biasa dan konsisten secara terus menerus bagi tim ini. Namun, saya tahu batas yang bisa saya lakukan hanya sampai di musim ini saja. Saya tidak merasa mampu untuk mempertahankan kualitas tersebut di musim depan nanti”, ujar Lahm menyikapi alasannya untuk pensiun dari lapangan hijau.
Lahm yang juga diisukan akan mengisi jabatan direktur sepakbola di Bayern memutuskan untuk tidak serta merta langsung menduduki posisi tersebut. Ia lebih memilih untuk istirahat sejenak dan memikirkan segala sesuatu yang telah ia dapat dari dunia sepakbola. Baru dari situ Lahm berujar bahwa ia akan melihat sejauh mana pengalaman serta intuisinya akan berguna banyak di dunia manajemen sepakbola.
Jika Lahm berhasil pensiun dari tim nasional Jerman secara spektakuler setelah berhasil meraih gelar juara dunia, maka kini Lahm pasti ingin akhir karirnya di level klub berjalan dalam cerita yang serupa.
Sampai jumpa Lahm!
Wir Sehen Uns Lahm!