Pagelaran musim kompetisi NBA 2016-2017 memang baru saja berlangsung. Akan tetapi nada-nada pesimis dari sebagian pendukung tim Miami Heat sudah mulai terdengar. Maklum saja, Heat saat ini berada di posisi ke 13 atau 3 terbawah pada klasemen sementara wilayah timur NBA. Rentetan kekalahan dalam beberapa pertandingan terakhir jelas membuat para fans terheran-heran.
Jika kita melihat rekam jejak Heat di tahun-tahun sebelumnya, agaknya wajar bila para pendukung dari Heat tidak terbiasa dengan kondisi yang buruk ini. Baru sekitar 3 sampai 4 tahun yang lalu, tim kesayangan kota Miami ini begitu digdaya dan sangat dominan di ranah NBA. Dengan di motori oleh LeBron James, Heat menjadi kampiun pada tahun 2012 dan 2013, serta mendapatkan posisi runner-up di tahun 2014. Walaupun setelah itu James hengkang ke tim Cleveland Cavaliers, Heat tetap mampu mempertahankan reputasi baik mereka. Terbukti Dwyane Wade dan kawan-kawan sanggup melaju ke babak semifinal wilayah timur pada playoffs musim 2015-2016, sebelum dikalahkan oleh tim Toronto Raptors dengan skor tipis 3-4.
Sampai dengan akhir bulan November, Heat memang mempunyai rekor menang-kalah yang cukup memprihatinkan. Dari 17 pertandingan yang sudah dilakoni, tim yang bermarkas di American Airlines Arena ini baru mengantongi 5x kemenangan dan sudah menelan 12x kekalahan.
Keputusan besar Pat Riley selaku presiden tim dalam melepas Dwyane Wade ke tim Chicago Bulls mulai dipertanyakan. Tidak bisa dipungkiri, Wade adalah seorang legenda hidup, bahkan mungkin pemain terbaik yang Miami Heat pernah miliki. Pengalamannya selama 14 tahun membuat ia begitu disegani dan dihormati oleh khalayak ramai. Usia Wade memang tidak lagi muda dan permainannya jelas mulai menurun. Akan tetapi kecakapannya dalam memimpin, baik saat berada di atas lapangan maupun di dalam ruang ganti, tidaklah pudar sedikitpun. Sejatinya, peran mentor yang selama ini diemban Wade akan dilimpahkan kepada rekannya, yakni Chris Bosh. Hanya saja pemain berusia 32 tahun ini menderita cedera penggumpalan darah, dan sudah dipastikan tidak dapat memperkuat Heat di musim ini.
Selain kurangnya pemain veteran di dalam tim, skuad yang ditangani oleh pelatih Erik Spoelstra ini juga dinilai kurang solid. Beberapa punggawa Heat seperti Goran Dragic dan Hassan Whiteside kerap bermain tidak konsisten dan di bawah standar. Di tahun ini, persentase field goals Dragic hanya sekitar 42.9% saja. Sebuah angka yang cukup rendah bagi pemain yang sudah 9 tahun berkecimpung di dunia bola basket profesional. Lalu untuk Whiteside, walaupun tinggi badannya mencapai 213 cm, akan tetapi metode yang ia gunakan dalam bertahan seringkali membuat Heat kecolongan banyak poin. Sementara Justise Winslow, sebagai seorang small forward, juga tidak menampilkan performa kunjung membaik. Pemain berusia 20 tahun ini terus bergulat dengan akurasi tembakan tiga angkanya yang hanya mencapai 21.4% saja. Kedalaman skuad Heat juga bisa dikatakan amat jauh dari ideal. Beberapa pemain cadangan seperti Josh Richardson, Wayne Ellington, dan Josh McRoberts acapkali bermain tanpa determinasi dan tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi Heat.
Serangkaian masalah ini memang mau tidak mau harus segera ditelaah oleh pelatih Erik Spoelstra. Apabila penampilan anak asuhannya yang buruk ini tidak segera diperbaiki, bukan tidak mungkin jika Heat berada di dasar klasemen pada akhir musim nanti.