Sam Allardyce tidak mengoleksi gelar apapun dalam kariernya sebagai pelatih sepak bola yang telah dimulai sejak 1994 silam. Namun bukan berarti ia tak layak untuk menjadi orang nomor satu di tim nasional Inggris.
Sebagaimana dikabarkan media-media di Inggris, pelatih yang akrab dipanggil The Big Sam itu telah resmi diumumkan sebagai arsitek baru The Three Lions.
Salah satu alasan kuat penunjukan ini adalah karena Allardyce memenuhi persyaratan Martin Glenn, CEO Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA).
Glenn menginginkan sang pelatih memiliki teknik pembaruan dalam membangun psikologis dan mental tim. Hal ini demi menghadapi media-media Inggris yang terkenal sangat intens dalam melancarkan kritik terhadap tim nasionalnya sendiri.
“Media Inggris, suka atau tidak, mungkin adalah media paling intens dan bergairah di seluruh dunia soal sepak bola, dan hal ini memiliki pengaruh tersendiri,” kata Glenn.
“Konsekuensinya adalah para pemain kemungkinan besar bermain agar tidak kalah, ketimbang untuk menang. Hal ini membuat manajer baru harus menjadi seseorang yang bisa menginspirasi para pemain untuk bisa mengeluarkan kemampuan terbaik mereka, membangun ketahanan mental, dan tidak ragu untuk mengadopsi teknik psikologis yang digunakan cabang olahraga dan tim sepak bola lainnya.”
“Manajer baru harus benar-benar menginspirasi pemain, bahwa ketika mereka mengenakan kostum timnas Inggris, mereka akan bermain sebaik ketika mereka menjalankan tugas untuk klub.”
Glenn mengatakan bahwa dirinya dan dua anggota panel pemilihan pelatih timnas Inggris lainnya, Glenn Ashworth dan David Gill, sebelumnya telah berkonsultasi dengan berbagai pihak untuk mencari kriteria paling sesuai untuk pelatih Inggris.
Dalam aspek inilah, Allardyce dikabarkan The Guardian tampak menonjol dan terpilih ketimbang kandidat lainnya, seperti Steve Bruce atau Juergen Klinsmann. Pada wawancaranya dengan panel pemilih pelatih timnas pekan lalu, Allardyce disebut menyodorkan ide dan inovasi soal psikologi tim.
Kemampuan Allardyce dalam soal psikologis ini diakui oleh mantan pemainnya.
Dikabarkan BBC Sport, Kevin Davies, mantan pemain Bolton Wanderers — salah satu klub yang pernah ditangani Allardyce– mengatakan bahwa: “Dalam soal motivasi, Allardyce sangat fantastis, dan manajer terbaik yang pernah berkerja dengan saya. Ia tahu caranya untuk mengeluarkan kemampuan terbaik seorang pemain. Ia telah membuktikannya dengan pemain yang ia bawa, dan juga membangkitkan karier pemain.”
“Ia manajer yang bagus, ia tahu waktu yang tepat memberikan hukuman dan saatnya memberi hadiah.”
Sementara mantan pemain Allardyce lainnya semasa di Bolton, Michael Bridges, menuturkan bahwa Allardyce memiliki pendekatan menyeluruh dalam menangani pemain.
“Setiap pekan kami harus menjalani kelas yoga, dan di bawah kepelatihannya saya pertama kali mendapatkan suplemen yang membantu pemulihan persendian yang sakit. Kami bahkan memiliki psikolog yang akan duduk bersama kami setiap kali kami membutuhkan nasihat atau ingin mencapai target kami.”
Allardyce –yang disebut The Irish Times sebagai pionir penggunaan teknik psikologi di Liga Primer Inggris– juga menitikberatkan aspek mental ketika membawa Sunderland terlepas dari jurang degradasi musim lalu.
Di satu pekan, ia akan menjadi pelatih baik hati yang membela para pemainnya di depan media, sementara di pekan lainnya ia akan menyerang mereka karena kebobolan meski meraih kemenangan.
“Tidak banyak tim di negara ini yang mengatur aspek psikologis secara reguler seperti saya. Kami memiliki Dr Mark Nesti yang seorang psikolog klinis. Ia bukan psikolog olahraga, ia jauh lebih baik dari itu,” kata Allardyce, nyaris 10 tahun silam.
“Negara ini terlalu sering memiliki pandangan negatif terhadap psikolog, benar-benar seperti itu. Kami jauh tertinggal dibandingkan negara lainnya dalam soal itu — tentu saja bukan saya, karena saya telah melakukannya selama bertahun-tahun.”
Sumber Foto: worldsoccertalk.com