VAR atau biasa disebut Video Assistant Referees merupakan suatu teknologi video tayangan ulang yang tengah digagas dan dikembangkan FIFA untuk membuat jalannya pertandingan sepakbola menjadi lebih adil. Keterbatasan dari wasit dan hakim garis dinilai seringkali merugikan sebuah tim akibat keputusan yang dinilai salah diambil oleh pengadil lapangan. Dan kasus terbaru yang kembali menjadikan wasit serta hakim garis sebagai korban adalah laga Liverpool menghadapi Tottenham Hostpurs semalam (WIB).
Pertandingan tersebut sebenarnya mempunyai banyak kejadian yang bisa kita bahas. Mulai dari kelalaian Eric Dier yang memberikan Mohammad Salah kemudahan untuk mencetak gol pertama bagi Liverpool, gol tendangan roket milik Victor Wanyama, gol ke-2 Salah yang sensasional, hingga berhasilnya Harry Kane mencatatkan 100 buah gol di ajang Liga Primer Inggris. Hanya saja, 2 keputusan kontroversial masing-masing dari wasit dan hakim garis yang berbuah 2 buah tendangan penalti untuk Spurs mencuri headline utama di setiap lini masa sejak pertandingan usai.
Di kasus pertama, wasit menetapkan bahwa Kane tidak terjebak jebakan offside akibat adanya sentuhan Dejan Lovren sebelum bola bergulir ke kaki Kane yang lalu dijatuhkan oleh Loris Karius di kotak terlarang. Di kasus ini hakim garis menilai bahwa Kane tidak dilanggar dan sudah terjebak offside beberapa detik sebelum dijatuhkan Karius. Wasit utama pun memutuskan untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan hakim garis sebelum mengambil keputusan bahwa penalti tetap diberikan pada Spurs. Hal ini lumrah dilakukan oleh wasit utama andai ada keputusan yang berbeda dari para hakim garis maupun keputusan yang dirasa sulit untuk diambil keputusannya seorang diri. Hal ini juga tertulis jelas di Laws of the Game bagi para pengadil lapangan dalam suatu pertandingan sepakbola.
Kegagalan Kane mencetak gol melalui titik putih di kesempatan pertama nyatanya membuat skor berubah menjadi 2-1 bagi Liverpool beberapa saat kemudian. Dan seperti yang biasa Liverpool lakukan (bertindak bodoh menjelang akhir pertandingan), kini giliran Virgil Van Dijk yang dinilai hakim garis menjatuhkan Erik Lamela di kotak terlarang pada menit ke 92. Wasit utama yang tidak melihat jelas dan menganulir pelanggaran Van Dijk pun kembali berdiskusi dengan hakim garis agar keputusan yang tepat bisa segera diambil. Penalti ke-2 pun diberikan kepada Kane sehingga kedudukan akhir 2-2 menjadi hasil akhir bagi kedua kesebelasan.
Melihat reka ulang dari kasus ke-2, sebenarnya terlihat bahwa Lamela melakukan simulasi dan sepakan Van Dijk tidak mengenai Lamela yang nampak terguling di atas lapangan sambil memegangi kakinya. Namun melihat sudut pandang hakim garis yakni Eddie Smart, wajar rasanya jika Ia memberikan tendangan penalti bagi Spurs. Dari tempat Smart berdiri (di samping lapangan) terlihat jelas bahwa Van Dijk menendang bagian belakang kaki Lamela. Pochettino pun menilai wasit melakukan tindakan yang tepat. Namun, jelas para pendukung Liverpool geram setelah melihat rekaman ulang yang ternyata meyakinkan mereka bahwa keputusan hakim garis salah serta sangat merugikan bagi tim kesayangan mereka.
Tentu sah-sah saja jika kita sebagai penonton marah dan kesal pada para pengadil lapangan apalagi jika keputusan mereka bersinggungan dengan tim kesayangan kita. Hanya saja, bukankah itulah satu dari sekian banyak pesona yang membuat olahraga sepakbola selalu menjadi yang terbaik di dunia selama ini? Bukankah permainan yang memang tidak sempurna inilah yang menjadikan sepakbola sebagai salah satu olahraga paling sempurna bagi kita para pemujanya sedari dulu?
Entahlah, namun jika teknologi VAR benar digunakan secara resmi pada laga Piala Dunia 2018 Rusia nanti, mungkin kita akan kehilangan momen menyebalkan sekaligus menyenangkan (bagi para penonton netral) seperti apa yang tersaji dalam laga Liverpool menghadapi Spurs hari Minggu kemarin.
Jadi, apakah kita sungguh memerlukan teknologi tersebut? Tergantung. Ya, jika itu melibatkan tim kesayangan. Tidak, jika kita bertindak sebagai penonton netral.
Sudahlah, akui saja. Tak perlu menjadi munafik akibat cinta kita pada tim kesayangan masing-masing.