Arki Wisnu, nama yang tentu tidak asing lagi bagi dunia bola basket nasional. Pria yang lahir di New York, Amerika Serikat, itu merupakan salah satu olahragawan terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini.
Sederet prestasi pernah ditorehkan Arki di kancah basket. Dia mampu menjuarai Asean Basketball League pada 2012, dua kali juara IBL, meraih medali perak bersama tim nasional basket Indonesia, SEABA Cup 2012, SEABA Championship 2017, SEA Games 2015 dan 2017.
Nama Arki tak ayal kerap dielukan para penggiat basket Tanah Air berkat latar prestasi tersebut. Namun, siapa sangka sosok 30 tahun itu dulunya lebih tertarik menggeluti sepak bola.
Sejak kecil, Arki lebih sering bermain sepak bola. Walau besar di negeri Paman Sam, dia lebih menekuni jenis olahraga itu ketimbang basket.
Arki masih rajin bermain sepak bola hingga usia 12 tahun. Namun, jalan hidupnya berubah berkat kehadiran sepupunya, yaitu Ridi Djadjakusuma.
Ridi merupakan orang yang mempengaruhi Arki terjun ke basket. Sang sepupu menganggap penggawa Satria Muda itu tidak akan menjadi orang sukses jika hanya bermain sepak bola.
“Ridi bilang ke saya waktu itu, buat apa main sepak bola di Amerika Serikat? Mending main basket aja. Jadi setelah itu, dia menyuruh saya untuk tekun di basket,” kata Arki kepada Bola.com.
Keputusan Arki terjun ke basket adalah pilihan tepat. Dia ternyata memiliki bakat terpendam dalam jenis olahraga yang digeluti LeBron James dan kawan-kawan tersebut.
Berkat rayuan Ridi, Arki akhirnya sadar basket lebih cocok untuknya ketimbang sepak bola. Postur fisiknya yang mencapai 191 cm itu juga jadi salah satu faktor penunjang dirinya sukses di basket.
“Saya melihat bola basket lebih seru ketimbang sepak bola. Di sepak bola dulu saya jadi bek. Membosankan. Tugasnya hanya di belakang menjaga pertahanan,” ujar Arki.
Melihat bakat yang dimiliki Arki, Ridi kemudian mengajak sepupunya itu kembali ke Indonesia untuk memulai karier di basket pada 2009. Ketika itu, Arki Wisnu melakukan try out bersama Satria Muda selama satu setengah bulan.
Kemampuan Arki ketika melakukan try out membuat manajemen Satria Muda terpincut. Pihak klub menilai Arki sebagai sosok potensial.
Pemilik Satria Muda, Erick Thohir, bahkan langsung menawarkan Arki kontrak profesional. Namun, dia menolak tawaran itu karena ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.
“Saya ingin kuliah dulu. Ketika itu Ridi banyak menasehati saya agar segera lulus pendidikan jurusan Psikologi di Baruch University. Sebagai seorang sepupu dan perwakilan saya, dia ingin saya memiliki modal yang bagus untuk masa depannya,” ujar Arki.
Arki kemudian mendapatkan gelar sarjananya pada 2011. Setelah itu, Satria Muda langsung mengontak Ridi perihal kepastian pebasket dengan tinggi 191 cm itu untuk bermain di Indonesia.
Setelah menandatangi kontrak, Arki kemudian resmi menjadi penggawa Satria Muda. Dia menjalani debut pada musim 2011-2012. Ketika itu, ia langsung merebut tujuh penghargaan termasuk gelar juara liga lokal dan ASEAN Basketball League (ABL).
Bahkan, Arki sempat dianugerahi gelar Rookie of the Year NBL pada 2012. Setelah melewati masa debatunya selama tujuh tahun, Arki menjelma menjadi pemain bintang di liga basket nasional saat ini.
Kehebatan Arki membuat manajemen Satria Muda tidak mau kehilangan bakat dia. Pada Oktober 2017, manajemen klub rela menyodorkan kontrak anyar kepada peraih medali perak SEA Games 2015 dan 2017 tersebut.
Dalam kontrak itu, Arki mendapat perpanjangan kontrak selama empat tahun. Dia pun mendapatkan kenaikan gaji yang signifikan, sehingga menyandang status pemain basket termahal Indonesia.
“Saya tidak bisa sebutkan angka pastinya. Namun, saya rasa tidak ada pemain basket di Indonesia yang bayarannya melebihi Arki. Pemain asing IBL kan yang tertinggi bayarannya 3.000 USD, Arki di atas itulah,” papar Ridi kepada Bola.com.
Gelimang prestasi membuat Arki mendapat sponsor pribadi, yaitu Nike. Aparel olahraga yang berasal dari Amerika Serikat itu selalu memberika sepatu baru untuk Arki setiap dua pekan sekali.