Bayangkan dunia dimana tim-tim sepakbola dipertontonkan secara langsung dan diatur sedemikian rupa layaknya sebuah liga dalam permainan FIFA atau Pro Evolution Soccer. Tak jauh-jauh, bayangan akan dunia seperti di atas bisa saja segera terjadi dalam waktu dekat.
European Super League yang digagas oleh 12 raksasa Eropa (3 tim asal Spanyol, 3 tim asal Italia, serta 6 tim asal Inggris) ini dikecam keras oleh nyaris seluruh pecinta sepakbola serta organisasi besar dunia seperti FIFA, UEFA, hingga baris pemimpin liga besar Eropa seperti Liga Primer, La Liga, dan Bundesliga. Liga yang rencananya akan dihuni 20 tim elit Eropa ini digagas guna meningkatkan pendapatan serta kompetisi di level tertinggi. Jujur, hanya alasan pertama yang saya pribadi percayai dibalik adanya kompetisi ini.
Terlalu rumit nampaknya membicarakan uang. Tak ada habisnya dan terlalu banyak sudut pandang yang tak jelas kebenaran serta keabsahannya. Juventus yang selama ini kesulitan bersaing karena kondisi keuangan serta nasib kompetisi Serie A yang makin tergerus jaman tentu punya pandangan yang berbeda dari tim Liga Primer macam Manchester United, Liverpool, hingga Tottenham Hotspurs di era modern ini. Oleh sebab itu, marilah kita bicara dari sisi romantisme. Dari sudut pandang dimana sepakbola seringkali memiliki arti yang begitu besar dampaknya melebihi kekuatan uang itu sendiri.
Sepakbola adalah sebuah kisah, sebuah perjalanan, dan sebuah cara hidup. Cukup menggelikan nampaknya jika Liverpool mengikuti kompetisi European Super League namun tetap mempertahankan slogan utama klub mereka, You’ll Never Walk Alone. Cara hidup mereka yang percaya bahwa klub akan selalu mementingkan kebersamaan dalam segala situasi tentu tak lagi berlaku melihat keputusan yang diambil Liverpool dengan mengikuti kompetisi antah berantah ini.
Bayangkan saja, tak ada lagi perasaan girang karena akhirnya undian mempertemukan Barcelona dengan Arsenal setelah sekian lama karena jadwal liga yang pastinya mempertemukan mereka terus menerus sepanjang musim. Bayangkan tak ada lagi keinginan untuk memaksa mata ini terus terbuka demi menyaksikan laga seru di babak gugur antara Real Madrid dan Chelsea. Sepakbola yang kita kenal takkan lagi sama.
Bayangkan tim seperti Tottenham Hotspurs dan Arsenal yang bersilat lidah dengan dalih tidak memikirkan pundi-pundi pendapatan dalam keputusannya mengikuti kompetisi ini. Di liga normal seperti sekarang saja mereka begitu kesulitan dan bahkan tak bisa menembus posisi 4 besar. Apa yang mereka harapkan dari kompetisi baru ini? Menjadi juara? Menjadi bahan lelucon hingga media bisa mendulang banyak cerita dari aksi mereka? Sungguh menggelikan.
Mengutip artikel milik Jonathan Liew dari The Guardian, mereka yang mendukung kompetisi ini adalah mereka yang tak mencintai olahraga sepakbola. Mereka adalah manusia yang hanya membutuhkan hiburan semata tanpa pernah menjadi bagian dari perjalanan tim yang mereka dukung dan sepakbola itu sendiri. Mereka adalah manusia yang menyukai hiburan spektakuler antara 2 raksasa tanpa pernah tahu bagaimana menariknya pertarungan antara Daud dan Goliath. Mereka adalah manusia yang percaya bahwa kemenangan Leicester, Porto, hingga Yunani di kompetisi besar adalah hasil rekayasa mafia sepakbola yang tak pernah terlelap.
Sepakbola sendiri bisa bertahan sampai detik ini karena kecintaan para penikmatnya. Percayalah, banyak dari kita yang mati-matian mendukung West Ham United untuk masuk ke kompetisi Liga Champions musim depan. Saya juga yakin banyak dari kita yang mati-matian mendukung Ajax beberapa musim lalu di ajang Liga Champions.
Olahraga ini sudah memberikan kita banyak pelajaran, mimpi, serta gairah untuk terus melangkah ke depan dengan cara tiap institusi masing-masing. Jika kompetisi seperti European Super League ini pada akhirnya berjalan, saya ragu setiap tradisi dan cerita yang selama ini menjadi bagian dari kisah hidup para penikmatnya di seluruh dunia akan tetap relevan dan memiliki arti yang sama.
–
Untuk sifat kompetisi, para aktor dibaliknya, serta sebab akibat dari kompetisi ini tak lagi dibahas pada artikel ini melihat maraknya pemberitaan yang sama di berbagai media sejak dini hari tadi (WIB).