Roman Abramovich merubah peta persaingan sepakbola di Inggris dan Eropa pada tahun 2003 silam saat Ia membeli Chelsea dari Ken Bates senilai 140 juta Poundsterling. Taipan minyak asal Rusia ini mengubah Chelsea menjadi sebuah tim kaya raya dan bergelimang pemain bintang untuk kemudian meramaikan peta persaingan di era baru Liga Primer kala itu. Setelahnya, kita lihat sendiri bagaimana klub-klub seperti Manchester City, Paris Saint Germain, hingga Newcastle United mengikuti jejak revolusi yang dilakukan Abramovich bersama Chelsea.
19 tahun dan 21 trofi berselang, Abramovich secara resmi menyatakan bahwa Ia mencari pemilik baru untuk membawa Chelsea terus maju dan jauh dari persepsi buru di tengah polemik dunia yang melibatkan dirinya saat ini. Hebatnya, Abramovich membuktikan janjinya untuk meninggalkan Chelsea dalam keadaan stabil dan sehat secara finansial seperti kala pertama Ia menjejakkan kaki di Stamford Bridge. Ia merelakan beban utang nyaris sebesar 2 milliar Poundsterling yang selama ini Ia gelontorkan untuk membawa Chelsea menjadi salah satu klub sepakbola paling sukses di Inggris, Eropa, bahkan begitu digemari di seluruh dunia. Bahkan Abramovich mengutarakan bahwa sebagian keuntungan yang diperoleh Chelsea dari segi bisnis akan diberikan kepada yayasan yang mendukung para korban perang di Ukraina saat ini.
Yang menarik, selama ini Abramovich memang dikelilingi banyak misteri dan konspirasi. Semua ini dikarenakan oleh profilnya yang begitu kaya raya dan dikelilingi para kolega berpengaruh layaknya Vladimir Putin selaku pemimpin tertinggi di Rusia. Saat membeli Chelsea 19 tahun lalu pun Abramovich tengah menjabat sebagai gubernur prefektur Chukotka. Kini, kecurigaan perihal keterlibatannya dalam invasi Rusia ke Ukraina dan propaganda Kremlin pun membuatnya gusar dan berpeluang besar dicabut izin tinggalnya di kawasan Britania Raya. Aset serta kepemilikan harta Abramovich yang ada di daerah London berpeluang dibekukan dan tentu hal ini akan membahayakan Chelsea andai kepemilikan klub ini tidak berpindah tangan.
Abramovich berujar bahwa pembelian Chelsea didasari oleh kecintaan serta gairahnya untuk olahraga sepakbola. Terbukti, investasi di dunia sepakbola memang tak semudah yang banyak orang bayangkan. Melihat beban gaji, sejarah transfer, hingga perlakuan Chelsea kepada beberapa pelatih dan pemain di masa lampau, sulit melihat Abramovich mendapatkan untung bersih dari segi finansial. Hal ini membuat banyak pihak sedari dulu mencurigai motif Abramovich dalam memanfaatkan Chelsea sebagai pusat pencucian uang kotor yang sumbernya pun masih menjadi misteri hingga kini.
Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran taipan asal Rusia ini memberi dampak positif dalam pembentukan era baru sepakbola Inggris secara global yang terseret naik semenjak kehadirannya. Kecintaannya terhadap Chelsea juga terlihat tulus dan membuat banyak klub lain iri melihat komitmen Abramovich selama ini.
Kini, kisah indah di antara Abramovich dan Chelsea akan berakhir segera. Meski pelik, bukan tidak mungkin Chelsea akan segera menemukan pemilik baru dalam waktu kurang dari sepekan. Dan menarik melihat bagaimana Chelsea yang selama ini dicekoki kenyamanan serta tak sulit dalam hal finansial akan mampu bertahan tanpa dukungan dana segar dari Abramovich. Perlu dicatat, Chelsea kini menanggung beban gaji sebesar 187 juta Poundsterlin dan pembangunan kandang baru yang terbengkalai.
Sanggupkah pemilik Chelsea yang baru menukangi apa yang selama ini sudah dituai oleh salah satu profil paling misterius dan “dermawan” dalam sejarah dunia olahraga? Apapun hasilnya nanti, perjalanan Abramovich dan Chelsea seharusnya menjadi pelajaran bagi industri sepakbola dunia bahwa perubahan itu tak pernah benar-benar baik maupun buruk secara keseluruhan.
Akan selalu ada area abu-abu yang pantas diperdebatkan, dikenang, dan juga kita syukuri keterlibatannya.