Barcelona membuat geger di bursa transfer musim ini dengan mendatangkan sejumlah pemain bintang meski terlilit banyak utang.
Klub berjulukan Blaugrana tersebut sukses mendapatkan tanda tangan Franck Kessie, Andreas Christensen, Raphinha, dan Robert Lewandowski.
Untuk Rafinha dan Lewandowski, Blaugrana bahkan harus mengeluarkan dana sekitar 110 juta euro atau setara Rp1,6 triliun.
Namun Barcelona belum bisa mendaftarkan pemain barunya ke operator kompetisi lantaran saat ini Barcelona sedang menjalani masa salary cap. Aturan ini mendera Barcelona karena pemasukan dan pengeluaran tidak sebanding alias lebih besar pasak daripada tiang.
Lantas apa yang membuat Barcelona bisa belanja pemain dengan kondisi keuangan yang bobrok? Ini karena sang presiden klub, Joan Laporta, menjalankan strategi cerdik di tengah situasi yang menghimpit.
Pikiran Laporta hanya satu, Barcelona berprestasi. Tanpa prestasi utang mungkin tertutupi. Karena itu, pembelian pemain berkualitas digenjot Laporta.
Skema pertama yang digunakan dalam operasi ini adalah cicilan. Lumrah terjadi di Eropa klub mencicil biaya transfer. Pada 2020/2021 Barcelona tercatat sebagai klub pencicil dan pemberi cicilan terbesar kedua di Eropa.
Formula kedua melepas pemain-pemain berbanderol dan bergaji mahal. Beberapa pemain yang telah dilepas adalah Philippe Coutinho, Francisco Trincao, Rey Manaj, Moussa Wague, Clement Lenglet, dan Dani Alves.
Karena itu pula Laporta mendorong agar Frenkie de Jong dijual ke Manchester United. Jika itu terwujud, total pemasukan dari penjualan dan peminjaman pemain mencapai Rp1,5 triliun.
Cara ketiga, Laporta menjual nama stadion. Tak kurang dana segar sebesar 70 juta poundsterling diperoleh untuk kerja sama berupa sponsor utama tim dan hak penamaan Stadion Camp Nou jadi Spotify Camp Nou.
Keempat, sebanyak 25 persen aset hak siar dijual. Menariknya pemasukan itu tak masuk ke rekening klub, melainkan dilepas kembali untuk menjadi sumber pemasukan lain yang lebih besar.
Cara kelima, melepas aset berupa persentase merchandise sebesar 49,9 persen dalam kurun waktu tertentu. Tujuannya adalah mendapatkan dana di awal yang cukup besar untuk menutupi minus keuangan klub.
Dan keenam berutang ke firma asal Amerika serikat, Sixth Street. Berdasarkan laporan Marca, Barca mendapat suntikan dana 170 juta euro. Utang tersebut akan ditebus dalam cicilan selama 25 tahun.
Cara Laporta mendapatkan pinjaman sebesar ini di tengah krisis adalah dengan penawaran pembayaran berdasarkan persentase keuntungan dan bukan dengan skema suku bunga seperti banyak dilakukan dalam rumus utang piutang.
Dengan berbagai gebrakan ini Barcelona hampir bisa dipastikan tidak akan bangkrut dalam satu hingga dua tahun ke depan. Karena itu prestasi menjadi target utama agar jerat utang tak makin mengganas.
Laporta bisa jadi juru selamat sementara Barcelona saat ini. Namun Laporta harus menjamin rencana keuangan klub matang dan bijaksana. Jika tidak, ragam kebijakan krisis ini jadi bumerang bagi Barcelona.
Sumber foto: 90min.com