Tim nasional Indonesia menjamu wakil Piala Dunia 2018 asal Eropa, Islandia, di ajang persahabatan yang dilakukan di stadion New Gelora Bung Karno Minggu 14 Januari 2018 kemarin. Dalam laga yang dihadiri langsung oleh presiden RI, Bapak Joko Widodo dan juga disaksikan oleh kurang lebih 37 ribu penonton berlangsung cukup meriah dan menghibur hingga peluit panjang dibunyikan.
Hujan kencang tidak melunturkan semangat para pendukung tim Garuda untuk menyaksikan tim kesayangan mereka berlaga. Meski sempat mengundang protes akibat proses penukaran tiket online yang kurang baik, pada akhirnya seluruh penonton dapat masuk ke dalam stadion tepat waktu sebelum pertandingan dimulai.
Indonesia sempat unggul lebih dulu setelah memang mampu cukup mengimbangi permainan anak asuh Heimir Hallgrimsson. Duet Hargianto dan Bayu Pradana, serta akselerasi Febri serta Ilham Udim mampu memberikan rasa tidak nyaman bagi baris pertahanan Islandia.
Benar saja, Ilham Udin mampu memanfaatkan blunder kiper Islandia dan memberikan mimpi bagi para pendukung tim nasional Indonesia. Bahkan setelahnya, beberapa peluang emas didapatkan melalui tusukan pemain sayap Indonesia. Sayangnya, Indonesia nampak tidak pernah belajar dari kesalahan mereka. Pada menit injury time babak pertama, Indonesia kebobolan oleh gol yang tidak perlu akibat kelalaian dalam berkonsentrasi di menit akhir.
Pertandingan yang berakhir dengan skor 1-4 untuk kemenangan Islandia setidaknya memberikan gambaran kepada Luis Milla selaku pelatih tim nasional Indonesia. Trigol atau hattrick yang dicetak Albert Gudmundsson dan sebiji gol dari Arnar Smarason sebenarnya bisa diantisipasi andai ada sedikit konsentrasi yang lebih lagi dari para pemain tim nasional. 2 gol hasil blunder pemain belakang serta 1 buah tendangan penalti hasil keputusan kontroversial wasit merupakan hal yang tidak boleh terjadi andai ingin meraih hasil maksimal di pertandingan berikutnya.
Beberapa pilar masa depan seperti Evan Dimas serta Eggy Maulana baru dimainkan di babak ke-2 dan malah sempat memberikan lubang yang besar di lini tengah. Posisi Evan Dimas sebagai second striker memberikan beban yang terlalu berat bagi Hargianto dan Bayu Pradana sehingga memudahkan para pemain Islandia mengeksploitasi daerah pertahanan Indonesia. Sebuah pelajaran bagi Milla bahwa Evan Dimas memang lebih baik ditempatkan sebagai seorang holding mildfielder ataupun box-to-box midlfielder.
“Saya memberitahukan pemain kami bahwa mereka harus mewaspadai pemain bernomor punggung 6 (Evan Dimas). Namun saya tidak melihat permainan yang menonjol darinya tadi. Mungkin ia membutuhkan waktu bermain yang sedikit lebih banyak dari itu”, ujar Hallgrimsson.
Indonesia harus mampu mencegah terjadinya gol-gol tidak perlu yang harus dibayar mahal. Saat mereka seharusnya kalah dalam duel-duel bola atas akibat perbedaan postur badan, Indonesia nyatanya juga tidak mampu mengantisipasi jalur bola bawah yang membawa Islandia mencetak 3 gol mudah akibat kesalahan elementer dari pemain kita.
“Saya rasa pemain Indonesia memiliki bakat individu yang luar biasa. Mereka adalah negara besar dan memiliki potensi berar untuk berkembang. Indonesia mempunyai ambisi besar untuk sepakbola dan saya harap bisa kembali berjumpa dengan Indonesia di ajang besar seperti Piala Dunia. Dan karena Indonesia tidak ikut Piala Dunia 2018 kami harap kalian mendukung Islandia musim panas nanti”, ucap Hallgrimsson dengan antusias.
Pertandingan ditutup dengan “Viking Clap” oleh pemain Islandia diikuti oleh seluruh penonton yang hadir di New GBK malam tadi.
Sebuah pelajaran dan pengalaman berharga sungguh didapatkan oleh segenap pemain tim nasional serta pendukung yang datang memadati venue terbaru kebanggaan ibukota Jakarta tersebut.
Terima kasih Islandia! Sampai bertemu lagi di lain kesempatan.