Laga Finalissima yang mempertemukan Italia sebagai juara Piala Eropa dengan Argentina sebagai juara Copa America di Wembley dini hari tadi merupakan pertemuan kedua juara untuk kali ketiga sepanjang sejarah setelah sebelumnya laga yang sama digelar di tahun 1985 dan 1993.
Dipimpin oleh Lione Messi, Argentina menunjukkan konsistensi mereka dan memberi tahu banyak pihak bahwa di Piala Dunia tahun ini, Argentina siap memberikan perlawanan terbaik guna mempersempahkan trofi tertinggi bagi sang kapten. Di sisi lain, Giorgio Chiellini mengakhiri masa baktinya di tim nasional Italia dengan getir. Di usianya yang sudah menginjak angka 37 tahun, kaki-kakinya sudah terlalu lelah mengejar para pemain Argentina yang begitu bersemangat. Ia tak lagi kuat menopang timnas Italia yang memang tengah kembali ambruk.
Roberto Mancini sendiri mengakui bahwa Argentina bermain jauh lebih baik. Italia wajib berbenah untuk bisa melupakan 2 kegagalan terakhir mereka masuk ke ajang Piala Dunia. Penampilan buruk di babak kualifikasi dan Wembley dini hari tadi (WIB) sungguh harus segera dievaluasi oleh Mancini dan seluruh anggota timnas Italia.
Bagi Argentina, pasukan Lionel Scaloni juga harus berbenah jika benar ingin menjadi yang terbaik di Qatar akhir tahun ini. Messi dan Di Maria tak semakin muda. Setelah 32 laga tak terkalahkan, Argentina pasti akan menjadi sorotan dan dianalisa oleh tim lawan demi mencegah mereka melaju jauh di Piala Dunia. Jika tak memiliki rencana kejutan atau cadangan, bisa jadi timnas Argentina malah akan tampil medioker dan tak sesuai harapan banyak orang.
Kedua tim memang paham betul bahwa laga ini bukanlah segalanya. Namun, tiap laga bisa memberikan pelajaran yang berarti. Semoga saja, kedua tim hebat ini bisa terus memperbaiki diri dan menyajikan laga-laga seru bagi dunia sepakbola di kemudian hari.