Liverpool baru saja mencatatkan sejarah baru dengan menjadi juara di Liga Champions setelah berhasil mengalahkan perlawanan tim 1 negara, Tottenham Hotspur dengan skor 2-0. Total kini Liverpool enam kali mencatatkan diri sebagai juara Liga Champions. Gelar yang menjadi penghibur lara, usai anak-asuh Jurgen Klopp gagal menjadi kampiun Premier League dengan cara menyesakkan.
Mereka kalah bersaing dengan Manchester City di pengujung musim, setelah sempat mendominasi puncak klasemen di paruh pertama Liga Inggris.
Bicara soal Liga Champions musim ini, banyak drama yang tersaji. Lepas banyak orang berpandangan bahwa final antara Tottenham Hotspur Vs Liverpool antiklimaks. Tak ada tontonan jual beli serangan dari kedua kubu yang selama ini dikenal doyan bermain ofensif, kompetisi satu ini memunculkan banyak hal menarik.
Liga Champions musim 2018-2019 banjir comeback di fase knock-out.Sejumlah tim yang awalnya sudah menapakkan setengah kaki ke babak selanjutnya, mendadak menjadi pecundang usai kekalahan kejutan.
Pertama di babak 16 besar, Ajax membalikkan kekalahan 2-1 di leg pertama di kandang oleh juara bertahan Real Madrid untuk menang 4-1 di Bernabeu dan agregat 5-3.
Itu adalah hasil yang membuka gelombang kejutan ke seluruh Eropa. Imbas kekalahan ini Santiago Solari kehilangan pekerjaannya di El Real.
Selanjutnya, Manchester United menciptakan sensasi comeback lanjutan. Mereka kalah 2-0 dari Paris St-Germain di leg pertama di Old Trafford dan kemudian membungkam kubu lawan di kandangnya dengan skor 3-1.
Berikutnya giliran Juventus membukukan hasil tak terduga setelah kalah 2-0 dari Atletico Madrid pada leg pertama, berbalik menang 3-0 di Turin.
Diego Simeone dibuat shock hattrick gol Cristiano Ronaldo.
Memasuki semifinal drama comeback kian menjadi-jadi.
Liverpool di bursa taruhan hanya 4 persen dijagokan bisa lolos ke final setelah kalah 3-0 di markas Barcelona Nou Camp, menciptakan keajaiban dengan menang 4-0 di Anfield.
Divock Origi dan Georginio Wijnaldum masing-masing mencetak dua gol menghadirkan mimpi buruk bagi Lionel Messi yang menjebol gawang The Reds dua kali pada leg pertama.
Tak berhenti di situ, Tottenham Hotspur yang kalah 1-2 di kandang melawan Ajax sukses membalik keadaan di Amsterdam.
Sempat tertinggal 2-0 di paruh pertama laga, Tottenham mencetak tiga gol yang kemudian mengubur mimpi The Young Guns.
Lucas Moura mencetak hattrick di babak kedua, termasuk gol kemenangan pada menit ke-96, di Amsterdam untuk melumpuhkan Ajax dengan gol-gol tandang.
Meskipun perjalanan mereka berakhir dengan hasil yang memilukan di babak semifinal, Ajax bisa dibilang adalah tim kuda hitam yang memesona di pentas turnamen.
Sukses lolos ke semifinal untuk pertama kalinya sejak 1997, dengan skuad yang kebanyakan penuh dengan talenta muda yang luar biasa, plus rekrutan murah hanya 24 juta euro, Dusan Tadic dan Daley Blind, Ajax menyajikan mimpi buruk bagi sejumlah tim elite.
Setelah menumbangkan jawara tiga edisi beruntun Real Eropa di babak 16 besar, mereka menyetop dominasi Cristiano Ronaldo bersama Juventus di fase perempat final.
Yang lebih luar biasa adalah kenyataan bahwa mereka harus melewati tiga babak kualifikasi untuk mencapai babak grup.
Yang menyedihkan bagi para penggemar Ajax adalah bahwa tim ini diragukan bakal bisa berbicara banyak musim depan karena pemain-pemain andalannya dibajak klub elite.
Gelandang Frenkie de Jong telah setuju untuk bergabung dengan Barcelona seharga 65 juta pounds. Kapten tim berusia 19 tahun, Matthijs de Ligt dan pemain sayap tajam asal Maroko, Hakim Ziyech, tinggal tunggu waktu pergi dari Ajax.
Selain Ajax, kiprah Tottenham Hotspur patut disaluti. Mereka bukan tim unggulan. Klub ini tercatat terakhir kali memenangkan trofi adalah di pentas Piala Liga Inggris pada tahun 2008.
Lima musim terakhir Spurs selalu kesulitan menembus persaingan atas Liga Champions. Tak melakukan belanja pemain sejak Januari 2018, tak ada yang yakin mereka bisa lolos ke final.
Tim asuhan Mauricio Pochettino hampir tak lolos dari persaingan fase grup. Namun keajaiban terjadi. Hasil imbang 3-3 melawan Barcelona di laga akhir penyisihan mengantar Tottenham lolos ke babak 16 besar. Mereka membuat Inter Milan terlempar dari persaingan.
Tottenham Hotspur hampir gagal melaju ke perempat final jika saja gol Raheem Sterling disahkan di masa injury time. Saat itu skor 3-2 buat Spurs.
Mereka lolos ke babak selanjutnya unggul produktivitas mencetak gol dibanding Manchester City, yang lebih banyak dijagokan pengamat bakal jadi juara Liga Champions musim ini.
Dengan perjuangan yang berliku Spurs akhirnya bersanding dengan Liverpool di partai puncak. Mereka kini ada di level yang sama dengan Real Madrid, Barcelona, Juventus.
Dua pencetak gol terbanyak Liga Champions adalah ikon global Lionel Messi dan Robert Lewandowski. Tetapi, di sepanjang momen krusial musim ini bermunculan sosok-sosok pahlawan tak terduga.
Adakah seseorang yang berpikir sebelumnya bahwa Tadic, Moura, atau Origi akan menjadi salah satu pemain berpengaruh besar di turnamen?
Dusan Tadic membantu Ajax ke ganda domestik Belanda dan mencetak 38 gol di semua kompetisi. Tadic bergabung dengan Ajax Juni lalu dari Southampton dengan harga 10 juta poundsterling, bayaran besar dari standar sepak bola Belanda, tetapi amat kecil untuk ukuran level elite Eropa.
Penyerang Serbia, yang kini berusia 30 tahun, adalah pemain yang bagus dalam empat musim untuk Saints, tetapi tidak lebih dari itu, mencetak 24 gol dalam 162 pertandingan.
Tadic, yang mencetak tujuh gol pada musim 2017-2018 untuk Southampton, mencetak sembilan gol di Liga Champions untuk Ajax, termasuk tiga di babak kualifikasi.
Dia adalah pencetak gol terbanyak ketiga bersama Liga Champions musim ini torehan enam gol serta empat assist.
Satu gol dan dua assist datang dalam performa yang benar-benar luar biasa saat Ajax menghancurkan Real Madrid 4-1 pada babak 16 besar. Penampilan yang membuatnya mendapat nilai 10 dari surat kabar ternama Prancis, L’Equipe.
Sosok penting lainnya adalah Divock Origi Liverpool. The Reds sempat berencana menjual atau meminjamkan striker Belgia itu di awal musim. Ia kesulitan bersaing menembus posisi inti sektor serang The Reds.
Origi hanya tampil 492 menit sepanjang musim untuk Liverpool (termasuk aksi menawan saat mencetak dua gol kemenangan Liga Premier yang dramatis melawan Everton dan Newcastle sebelum pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions melawan Barcelona).
Saat Mohamed Salah dan Roberto Firmino cedera, Jurgen Klopp kekurangan pilihan di lini depan sehingga terpaksa menurunkan Origi, yang sebelumnya tidak pernah mencetak gol di Liga Champions.
Luar biasanya, ia jadi pahlawan bagi Liverpool dengan lesakan dua golnya saat The Reds menghantam Barcelona 4-0. Di final, tampil sebagai pemain pengganti sang penyerang menyumbang sebiji gol, sekaligus menggenapi kemenangan Liverpool menjadi 2-0 atas Tottenham.
Lucas Moura jadi rekrutan terakhir Spurs pada bursa musim dingin lalu. Ia bergabung karena gagal bersaing dengan penyerang top macam Neymar dan Kylian Mbappe di Paris St-Germain.
Moura jadi solusi ketika Spurs membutuhkan seseorang untuk mengisi peran penyerang tengah kala Harry Kane cedera.
Penyerang Brasil, yang mencetak gol terakhir saat Tottenham menahan imbang 3-3 Barcelona di babak grup, mengoncang dunia persilatan dengan hattrick melawan Ajax.
Sayang saat laga final Moura tak diturunkan sebagai pemain inti. Harry Kane yang baru pulih dari cedera dipaksa bermain. Hasilnya? Tottenham bermain antiklimaks, kurang galak menggempur pertahanan lawan.