Arsenal mengakhiri tren buruk mereka dengan cara yang spektakuler. Tak diunggulkan menghadapi Chelsea di Stamford Bridge, Arsenal malah sempat unggul 2 kali sebelum akhirnya menang dengan skor 2-4 di akhir laga. Bermain dengan formasi lebih bertahan, Arsenal juga melakukan beberapa perubahan seperti dimainkannya Elneny, Rob Holding, serta Eddie Nketiah di lini terdepan. Ketiga pemain tersebut menyambut baik kesempatan ini dengan tampil solid. Nketiah bahkan mencetak 2 gol di saat krusial dan memutus tempo permainan Chelsea yang tengah panas menyerbu lini pertahanan Arsenal guna membalikkan keadaan. Dengan cerdik Nketiah memanfaatkan kesalahan-kesalahan pemain belakang Chelsea untuk mencetak 2 gol perdananya di Liga Primer musim ini.
Arsenal berhasil terhindar dari 4 kekalahan beruntun di liga dan menjaga asa untuk finis di posisi 4 besar pada akhir musim. Meski tak menjadi fokus utama para direksi, Arsenal sudah sampai sejauh ini dan pantas rasanya mereka melakukan segala upaya guna kembali tampil di ajang Liga Champions setelah terakhir kali mentas di musim 2015/2016. Sempat ompong karena kalah dan hanya mencetak 1 gol saat melawan Palace, Brighton, dan Southampton, anak-anak muda jebola Hale End akademi Arsenal lagi-lagi jadi penyelamat. Nketiah, Smith Rowe, serta Saka melepas dahaga tim ini dan membuktikan bagaimana mereka belum menyerah untuk posisi 4 besar di akhir musim. Menarik pula melihat bagaimana Saka mencetak gol melalui titik putih. Gol melalui tendangan penalti ini adalah upaya pertama Saka dalam melakukan tembakan penalti usai dirinya gagal mencetak gol ke gawang Italia di babak final Piala Eropa tahun lalu.
Chelsea sendiri meneruskan tren 3 kekalahan beruntun di kandang sendiri. Sebelum Arsenal, Chelsea dikalahkan Brentford serta Real Madrid di ajang Eropa. Tuchel tentu harus menjaga momentum klubnya karena mereka masih akan memperjuangkan posisi ketiga di liga serta mempersiapkan diri menyambut laga final Piala FA menghadapi Liverpool beberapa pekan mendatang. Tuchel juga nampak harus lebih tegas kepada salah satu pemain termahalnya, Romelu Lukaku. Dimainkan selama 59 menit, wajar rasanya melihat Lukaku dilepas dari posisi pemain utama saat ini. Kai Havertz nampak lebih cocok dengan skema permainan Chelsea dan lebih berbahaya dari segi pergerakan tanpa bola hingga gaya bermain yang lebih mengakomodir rekan di sekitarnya.
Kekalahan Chelsea dan kemenangan Arsenal jelas membuat akhir musim Liga Primer semakin tak tertebak. Di akhir pekan besok, Arsenal akan bersua Manchester United yang juga masih mengejar posisi 4 besar. Tim London Utara lainnya yakni Tottenham Hotspurs juga pastinya akan berusaha meraih poin maksimal sebelum mereka bertemu dengan Arsenal dalam laga panas derbi London Utara bulan depan.
Dentum meriam para pemain muda Arsenal nampaknya menjadi titik balik bagaimana para tim yang disebut di atas akan mengakhiri musimnya. Kita saksikan saja tim mana yang paling bisa memanfaatkan kelengahan masing-masing lawan mereka hingga saat terakhir. Game on!