Kabar kedatangan Antonio Conte ke Old Trafford makin nyaring terdengar. Hal ini sontak membuat beberapa pihak berspekulasi perihal gaya bermain dan perubahan yang akan diterapkan Conte di Manchester United.
Berhasil meraih prestasi bersama Chelsea dan Inter Milan dalam 5 tahun terakhir, Conte diyakini bisa mengembalikan identitas Manchester United sebagai salah satu tim terbesar dunia meski hanya dala jangka waktu yang sebentar. Seperti yang sudah-sudah di klub sebelumnya, naif rasanya jika berharap Conte membangun sebuah dinasti di Old Trafford. Namun, waktu 2-3 tahun dirasa cukup untuk membawa United kembali garang dan diperhitungkan secara layak.
Yang menarik, Conte dikenal sebagai sosok pelatih yang tak pilih kasih. Conte tak segan membangku cadangkan pemain bintang meski pemain terkait adalah sosok besar di tim tersebut. Dan inilah yang bisa menjadi dilema bagi Manchester United andai Conte datang dan kemungkinan besar akan mengancam eksistensi Ronaldo sebagai pemain utama di Old Trafford. Baru didatangkan musim panas ini dan digaji kurang lebih 500 ribu Poubds per pekan, akan sangat mubazir rasanya jika Ronaldo tak dimainkan secara maksimal di sisa-sisa masa kejayaannya.
Masalahnya terletak pada cara bermain Conte nanti. Andai menggunakan gaya bermain high press, Ronaldo bisa saja akan tersingkirkan dan hanya dipakai di beberapa momen tertentu dalam suatu pertandingan. Kita tahub bagaimana musim ini para pemain depan United seperti Ronaldo, Bruno, dan Greenwood seakan melakukan pressing hanya sekedar untuk memanaskan suasana dan menjawab sorak sorai dukungan para penonton yang sudah kembali ke lapangan. Entah ingin terlihat semangat dan berdeterminasi tinggi, pressing yang dilakukan pemain depan United sangat tidak efektif dan jarang sekali pressing mereka merepotkan pemain bertahan lawan. Yang ada malah lubang yang semakin besar di lini tengah United yang memang sudah bermasalah. Pressing yang salah akan sungguh menjadi bumerang dan membuat kondisi tim d atas lapangan kacau balau. Jelas pressing tak sesederhana berlari merebut bola ke arah bek lawan. Perlu harmonisasi dan pergerakan cerdik dari rekna-rekan setim untuk melakukan pressing efektif layaknya yang dilakukan Liverpool dan Manchester City.
Ronaldo yang sudah berusia 36 tahun tentu tak bisa diharapkan untuk terus berlari sepanjang 90 menit. Meski masih mahir dalam urusan mencetak gol, Ronaldo tak cakap dalam melakukan press dan memberikan tekanan berarti di area pertahanan musuh. Isu yang memberitakan bahwa metode berlatih di bawah komando Conte menitikberatkan urusan lari secara terus menerus bisa menjadi dilema yang membuat posisi Ronaldo terancam.
Meski demikian, ada potensi bahwa Conte akan bermain dengan metode mid-block guna memadatkan lini tengah United yang memang cukup bermasalah tanpa kehadiran gelandang bertahan murni. Skema serangan balik seperti apa yang disajikan United dalam beberapa musim terakhir bisa diandalkan untuk menembus garis pertahanan lawan. Skema ini sendiri bisa jadi tak melulu cocok dengan Ronaldo yang senang mendapatkan umpan-umpan lambung guna memanfaatkan lompatannya yang aduhai tersebut. Tentu skema serangan balik bisa dilakukan dengan berbagai cara namun lagi-lagi skema ini bisa jadi tak efektif bagi Ronaldo dan lebih efektif bagi Cavani yang mungkin bisa diperhitungkan untuk kembali mengisi posisi penyerang utama.
Conte perlu membedah masalah lain seperti cara memaksimalkan Sancho, merotasi segungung pemain depan United secara adil dan merata, serta masalah pertahanan yang sudah jadi isu lama di Manchester. Jika benar Conte akan segera menggantikan posisi Ole, menarik menyaksikan bagaimana Ia bisa merubah sosok pesakitan Manchester United dalam waktu singkat sembari mencoba meraih prestasi terbaik yang mampu diraih tim selama Ia melatih.