Baru tadi pagi panitia IGX 2018 mengeluarkan kronologi dan klarifikasi mengenai kejadian di grand final IGX 2018, dimana RRQ memutuskan forfeit dan PG.Barracx otomatis menjadi pemenang. Manager RRQ, Wilbert Marco, angkat bicara dan meluruskan kronologi RRQ forfeit IGX 2018.
Kepada GGWP.ID, Marco menjelaskan kronologi RRQ forfeit IGX 2018 secara mendetail mulai dari disconnect di dalam game, hingga keputusan yang mereka ambil yaitu forfeit. Berikut pernyataan dan kronologinya.
Di sini saya cuman mau lurusin masalah yg terjadi di Grand Final IGX 2018 ( Dota2 ) serta keputusan dari panitia.
Kejadiannya itu pada saat Grand Final Game 1 melawan PG barrack menit 22, dengan skor 3-13 dan keunggulan networth 4k buat PG barracx. Kondisi lainnya juga sven dari PG barracx dalam kondisi mati dan ember spirit dari RRQ juga dalam kondisi mati lalu tiba2 Internet mati (semua dc) dan akhirnya lobby pun ilang (karena turnamennya tidak menggunakan tiket jadi tidak bisa reconnect)
Lalu saat itu juga saya dan manajer PG.barracx dipanggil oleh Tribekti Nasima untuk menjelaskan keadaan yg terjadi. Dari Tribekti Nasima menyarankan untuk di-remake gamenya karena tidak ada solusi untuk reconnect gamenya, namun dari PG barracx tidak setuju (remake) dan diberi waktu untuk berunding terlebih dahulu.
Di posisi ini saya juga tau bahwa ini kerugian buat tim PG.Barracx di mana mereka unggul dalam segi networth.
Lalu akhirnya Tribekti berunding dengan panitia Advance guard yang namanya kalau tidak salah Yusuf Filius dikarenakan PGBarracx tidak setuju untuk gamenya di-remake.
Setelah berunding dengan panitia advance guard, saya dan Ardo (PG.Barracx) dipanggil lagi sama panitianya dan tiba-tiba langsung ada keputusan bahwa PG barracx menang game 1.
Dari situ saya langsung minta penjelasan atas dasar apa bisa langsung memberikan kemenangan game ke 1 buat PG.Barracx. Dari panitianya yang bernama Yusuf, dia bilang sudah berunding dengan ‘Ahli Dota’ dan menurut ‘Ahli Dotanya’ itu sudah jelas PG barracx memenangkan game 1.
Kita dari RRQ, keberatan dengan keputusan panitia Advance guard yang menurut kita alasannya tidak masuk akal. Saya juga meminta untuk ‘Ahli dotanya datang dan menjelaskan di depan muka saya secara jelas atas dasar apa bisa memberikan kemenangan game 1 untuk PG.Barracx). Namun ditolak oleh panitia dengan alasan nanti akan terjadi perdebatan.
Setelah kita sepakat untuk forfeit, panitia advance guard yang bernama Yusuf juga mengancam RRQ tidak akan mendapatkan hadiah juara 2 Kalau game ke 2 tidak di mainkan.
kalau menurut panitia 70% kemenangan buat PG.Barracx itu atas dasar apa? Dota itu game yang penuh unsur comeback dan saya rasa apapun bisa terjadi di dalam game dan semua orang yang bermain dota harusnya tau tidak ada 100% kemenangan sebelum throne Radiant/Dire hancur.
Kalau menurut panitia 70% keuntungan yg dimiliki PG.Barracx sudah cukup untuk melihat hasil dari game 1 lalu buat apa dengan adanya throne di base masing2. Saya juga minta ‘Ahli Dotanya’ menjelaskan ke pihak RRQ juga bukan ke panitia saja.
Kita minta remake karena itu menurut kita solusi pada umumnya bukan berarti kita di keadaan kurang menguntungkan dan kita meminta remake. Contoh yg terjadi di turnamen sebelum2nya ( colourful gaming qualifier , grand final MDL Navi vs Empire, etc.)
Sebagai informasi tambahan, Elizabeth Bonita dari PG barracx juga mengajukan remake dengan kondisi yg sama, Gold/networth sama, lvl sama, menit pun harus sama. Akan tetapi menurut kita solusi ini hampir gak mungkin dilakukan.
Kalau masalah waktu, saya udah tanya ke Tribekti Nasima, kata dia gak ada masalah bisa sampai selesai. Lagian pas kita forfeit bukannya panitianya senang? bisa hemat waktu?
Lalu kenapa panitia mengancam RRQ dengan tidak memberikan hadiah juara ke 2 kepada RRQ.”