Dua tragedi menimpa Borussia Dortmund dalam waktu 24 jam pada pekan ini. Tragedi pertama adalah teror bom yang dilempar ke bus tim saat hendak menuju Stadion Signal Iduna Park guna melawan AS Monaco, Selasa (11/4/2017). Akibat tragedi tersebut laga leg pertama perempat final Liga Champions antara Dortmund dan Monaco pun ditunda sehari.
Dan, tragedi kedua adalah tim tamu berhasil mencuri kemenangan dan keuntungan gol tandang yang besar atas Dortmund. Dalam pelaksanaan laga yang tertunda, Dortmund menyerah 2-3 dari Monaco, Rabu (12/4/2017).
Kemenangan 3-2 di markas lawan jelas membuat Monaco ada di atas angin dalam perburuan tiket babak semifinal. Mereka kini hanya butuh hasil seri saat jadi tuan rumah untuk bisa melenggang ke babak empat besar.
Terlepas dari kekalahan tersebut, dua bintang Dortmund berbagi kisah kiprah para penggawa tim Dortmund mencoba fokus dan melupakan serangan bom yang mungkin saja bisa merenggut nyawa mereka.
“Kami tahu itu akan sangat tak mudah untuk fokus pada sepak bola. Hingga kick-off tadi, segalanya masih dalam kepala saya, namun itu bukan sepak bola,” tukas gelandang asal Turki, Nuri Sahin seperti dikutip dari AFP.
“Ketika saya pulang kemarin lalu istri dan anak saya berdiri di depan pintu rumah kami, di situ saya sadar betapa beruntungnya kami.”
Sahin mengakui, jika bisa memilih ia mungkin akan memilih berada di rumah dulu bersama anak istri untuk mensyukuri tak mengalami cedera ataupun terbunuh akibat teror bom tersebut.
Namun Sahin menambahkan, sebagai seseorang yang berkarier dan menjadi bagian dari tim sepak bola ia pun memiliki tanggung jawab.
“Saya tahu bahwa sepak bola sangat penting, itu sangat banyak dan saya tahu itulah yang membuat kami di sini [stadion],” kata gelandang berusia 28 tahun tersebut.
“Kami juga tahu bahwa kami harus berkompetisi di sini. Namun ada satu hal yang seharusnya tak dilupakan bahwa kami juga manusia. Itu adalah [kejadian] yang tak menyenangkan.”
Senada Sahin, rekannya di lini tengah Dortmund, Julian Weigl mengatakan atmosfer dalam skuatnya tampak berbeda usai tragedi serangan bom jelang pertandingan.
“Sebagian besar kawan-kawan saya tak dapat tidur seperti juga yang saya alami,” kata Weigl.
“Tak ada jalan emas untuk mengatasi ini karena itu juga untuk pertama kali dialami setiap orang. Tak ada kemungkinan lain [untuk memainkan pertandingan di masa mendatang]. Ini sungguh sulit bagi kami, tentu saja.”
Sebelumnya, Pelatih Borussia Dortmund Thomas Tuchel mengecam UEFA dalam menyikapi tragedi tersebut. Tuchel bahkan beranalogi sikap UEFA atas lemparan bom itu bak menyikapi lemparan sebuah botol bir ke arah bus tim yang mengangkut pemain.
Dalam laga susuan tersebut, Dortmund kalah 2-3 dari AS Monaco di hadapan publik Signal Iduna Park.
Dortmund tertinggal lebih dulu lewat gol Kylian Mbappe (19′) dan gol bunuh diri Sven Bender (36′). Memasuki babak kedua, skuat Dortmund sempat memperkecil ketinggalan lewat aksi Ousmane Dembele (57′).
Tapi, Mbappe lagi-lagi mencetak gol yang memperlebar ketinggalan Dortmund pada menit ke-79. Buruknya, gol Mbappe itu tak lepas dari blunder yang dilakukan Lukasz Piszczek di lini pertahanan Dortmund.
Enam menit jelang bubar, Kagawa mampu menyarangkan gol kedua bagi Dortmund di laga itu. Setelah menerima bola dari Nuri Sahin, Kagawa melewati dua pemain Monaco sebelum melepaskan tembakan akurat ke gawang.
Usai pertandingan, Pelatih AS Monaco, Leonardo Jardim memuji kiprah anak-anak asuhnya di Signal Iduna Park. Namun, dia pun berduka atas tragedi serangan bom yang menimpa bus tim Dortmund.
“Apa yang akan dikenang dalam sejarah bukan hasil malam ini, namun apa yang terjadi malam lalu [tragedi bom]. Ini sungguh sulit untuk mempersiapkan diri bagi pertandingan ini. Malam lalu, para pemain menelepon keluarga dan kerabat mereka, dan konsentrasi mereka cukup rendah,” ujar Jardim.
“Namun, di lapangan, kedua tim menunjukkan performa yang hebat,” sambung juru taktik asal Portugal tersebut.
Lebih lanjut, Jardim berharap timnya bisa mempertahankan keunggulan agregat yang didapatkan di Jerman dan lolos ke babak semifinal Liga Champions.
Sumber foto: dw.com