Dalam perhelatan acara NBA Draft, tepatnya pada tanggal 23 Juni 2011, tim Chicago Bulls memilih seorang bocah berusia 21 tahun bernama Jimmy Butler. Dengan sang pemain terpilih di urutan yang ke 30, banyak pihak yang memandangnya sebelah mata. Bahkan para fans dari Chicago Bulls sendiri mungkin tidak perduli dengan kehadirannya. Mereka lebih tertarik dengan sosok Derrick Rose, pemain kesayangan kota Chicago yang pada tahun itu menyabet gelar MVP atau pemain terbaik NBA.
Tahun pertama Butler bermain di NBA berjalan sesuai prediksi kebanyakan orang. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di bangku cadangan sebagai pemain pengganti. Pria yang lahir di kota Houston ini hanya bermain selama 8.5 menit per-pertandingan, dan hanya mencetak rata-rata 2.6 poin per-pertandingan saja.
Di tahun yang kedua, peran Butler mulai berubah secara perlahan. Cedera yang menimpa pemain senior Luol Deng membuat pelatih Bulls saat itu, Tom Thibodeau, memainkan Butler sebagai seorang small forward. Momen ini jelas berdampak positif bagi Butler, dengan rata-rata waktu bermainnya bertambah menjadi 26 menit per-pertandingan.
Musim 2013-2014 menjadi tahun pertama Butler bermain sebagai pemain inti. Setelah Luol Deng pulih dari cedera, Butler pun kembali ke posisi aslinya, yakni sebagai shooting guard. Walaupun Butler bermain baik dalam bertahan, tetapi ia seringkali kesulitan saat melakukan penyerangan. Hal ini terlihat dari persentase tembakan 3 angkanya yang sangat rendah, yaitu hanya 28,3%.
Pada tahun 2014-2015, Butler mulai mendapat perhatian dari khalayak ramai. Ia terpilih untuk bermain di pertandingan NBA All-Stars dan juga mendapatkan penghargaan sebagai NBA Most Improved Player. Rata-rata angka yang Butler catatkan pun cukup impresif, yakni 20 poin, 5.8 rebounds, 3.3 assists, dan 1.8 steals per-pertandingan.
Di musim yang berikutnya, banyak rumor yang menyebutkan jika Butler akan segera di trade oleh Chicago Bulls. Kendati Butler bermain dengan baik, tetapi ia dinilai gagal dalam membawa Bulls bersaing di tingkat tertinggi NBA. Akan tetapi rumor tersebut pun lenyap seiring dengan penandatanganan kontrak baru yang dilakukan oleh Butler untuk 5 tahun kedepan.
Memasuki tahun 2016-2017, Butler bekerja keras demi meningkatkan permainannya, terutama di bagian jump shoot. Setelah bermain pada 15 pertandingan, jerih payah Butler pun sepertinya terjawab dengan ia saat ini memiliki persentase tembakan 3 angka sebesar 42.3%, serta 48% untuk keseluruhan field goals. Pemain berusia 27 tahun ini juga berhasil membawa Bulls berada di peringkat 4 klasemen sementara wilayah timur, sambil menyumbangkan rata-rata 25.8 poin, 6.8 rebounds, 4.1 assists, dan 1.6 steals per-pertandingan.
Semenjak hengkangnya Derrick Rose ke tim New York Knicks, Butler langsung diberi peran besar oleh pelatih Fred Hoiberg sebagai pencetak angka utama bagi Chicago Bulls. Ia tidak lagi segan untuk mengontrol irama permainan serta mengambil tembakan sulit pada saat kondisi terjepit. Evolusi Butler dari seorang pemain cadangan menjadi seorang pemain bintang memang sangat menarik. Patut ditunggu apa evolusi berikutnya bagi seorang Jimmy Butler. Gelar MVP mungkin?