Presiden FIFA, Gianni Infantino mengatakan pada hari Kamis bahwa semua pihak setuju untuk menambah peserta Piala Dunia. Saat ini proposal untuk peserta Piala Dunia 2026 yang berformat 32, 40 atau 48 masih di atas meja.
Namun, Gianni Infantino masih ragu untuk membuat keputusan dengan format 40 atau 48 tim. Dimana saat kampanye pemilihan Presiden FIFA tahun ini, Gianni Infantino sempat mengucapkan akan hanya menambah 32 tim pada kompetisi Piala Dunia tahun 2026 mendatang.
Bagaimanapun juga, FIFA hanya akan menentukan keputusan tersebut pada Januari mendatang dengan melihat sejauh mana kompetisi bergengsi dunia itu mampu dimulai pada edisi 2026. Gainni Infantino mengadakan pertemuan serantau pertama dengan presiden persatuan sepak bola tiap negara di luar Paris pada Kamis (24/11) kemarin dan menyampaikan sasaran mereka utama mereka.
“Apa yang saya dapat simpulkan daripada pertemuan itu semua pihak menginginkan kompetisi tersebut harus diperbesar lagi. Permasalahannya kini adalah bagaimana kami memastikan bahawa tim dari semua benua akan mengambil bagian dalam babak final.” Terang Infanito.
“Ada perasaan positif di sekitar dewan namun rincian masih harus diuraikan. Dengan memperkenalkan langkah ini kami memberikan untuk lebih banyak tim mengambil bagian tnamun dari segi sudut lain ini akan menimbulkan permasalahan dari sisi kelayakan ke peringkat kalah mati. Dengan 32 pasukan, setiap dua tim terbaik setiap grup akan melayakkan diri ke peringkat kalah mati. Dengan 40 tim ini akan mewujudkan peluang untuk tim terbaik yang menduduki peringkat ketiga.” tambah pria berkepala pelontos tersebut.
FIFA bakal meraup keuntungan hak penyiaran televisi lebih besar dari peningkatan jumlah peserta pada kompetisi Piala Dunia. Infantino berkata, dengan mengikutkan 40 negara semua orang bakal melihat pertarungan antara empat atau lima tim dalam babak akhir Piala Dunia.
Langkah FIFA ini akan menjadi sejarah terbesar dengan mewujudkan jumlah peserta Piala Dunia dari 32 tim menjadi 40 tim atau 48 tim. Ini semua dilakukan untuk reformasi di tubuh FIFA setelah kejadian yang menimpa bekas Presiden FIFA Sepp Blater beberapa waktu lalu.