Presiden FIFA, Gianni Infantino, mewacanakan Piala Dunia untuk bisa diselenggarakan di Israel dan Palestina. Hal ini diungkapkan pria berdarah Swiss-Italia tersebut dalam kunjungannya ke Israel pada awal pekan lalu.
Infantino menilai, Perjanjian Abraham yang merupakan pendekatan diplomatik yang diinisiasi oleh Amerika Serikat untuk menormalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab, bisa menjadi pembuka jalan diadakannya Piala Dunia di dua negara yang tengah terlibat konflik tersebut.
Negara-negara yang sudah menandatangani Perjanjian Abraham anatar lain ada Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko. Sebelumnya, negara Arab yang menjalin relasi dengan Israel hanyalah Mesir dan Yordania saja.
“Mengapa kita tidak bisa memimpikan Piala Dunia di Israel dan tetangganya? Dengan Kesepakatan Abraham, mengapa kita tidak melakukannya di sini di Israel dengan tetangganya di Timur Tengah dan Palestina?” ucap Infantino.
Wacana Infantino ini mendapat sambutan baik terutama dari pihak Israel. Mereka sangat berharap suatu saat bisa menjadi tuan rumah sebuah ajang besar seperti Piala Dunia.
“Dalam diskusi tersebut, Presiden FIFA mengemukakan gagasan bahwa Israel akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030, bersama dengan negara-negara lain di kawasan, terutama dengan Uni Emirat Arab,” kata Perdana Menteri Israel Naftali Bennett di Twitter resminya.
Sayangnya, setiap niat baik tidak selalu mendapat respon positif. Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) langsung merespon keras keikutsertaan Presiden FIFA tersebut dalam acara di Israel. Terlepas dari apa yang dikatakan Infantino, PFA menganggap kunjungan ke Israel sebagai penghinaan total terhadap nilai-nilai toleransi dan hidup berdampingan secara damai, sebagaimana dinyatakan dalam statuta FIFA.
“Dia (Infantino) tidak menyampaikan pesan yang dia ungkapkan mengenai nilai-nilai sistem sepakbola internasional,” kata PFA dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Jazeera Sport.
“Salah satu keberatan PFA adalah bahwa Infantino mengunjungi apa yang disebut Museum Toleransi Israel. Menurut PFA, Infantino berpartisipasi dalam konferensi politik yang tidak ada hubungannya dengan olahraga. Selain itu, museum yang dikunjungi FIFA dibangun di atas pemakaman Muslim bersejarah di Yerusalem.
“FIFA melakukan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional, hak asasi manusia, dan perasaan jutaan Muslim di seluruh dunia. Mempolitisasi olahraga tidak akan mengarah pada perdamaian,” lanjut PFA dalam sebuah pernyataan.
Israel sendiri baru sekali tampil di Piala Dunia, yakni pada 1970. Sementara itu Palestina masih belum pernah merasakan bermain di Piala Dunia.
Sejauh ini Israel dan Palestina masih memiliki perselisihan dari segi keamanan, politik, budaya, dan ekonomi. Tidak jarang kedua negara saling terlibat perang yang menimbulkan banyak korban jiwa.