Coutinho akan menghadapi audisi akhir jelang keputusannya hijrah ke Arsenal musim depan. Setelah mencetak 2 gol dan 1 assist ke gawang klub medioker bernama Barcelona, kini Cou semakin dekat pada mimpinya meraih trofi paling bergengsi di Eropa. Ia tidak lagi perlu khawatir kalau nanti Bayern juara dan Ia memang berniat datang ke Emirates Stadium. Targetnya tak jauh – jauh dari masuk ke posisi 4 besar dalam naungan proyek kebangkitan bersama Arteta.
Coutinho memang bukan pemain terbaik di laga pembantaian ini. Namun Ia adalah cerita yang nampak lucu jika diangkat sebagai bahan berita utama. Memang ada banyak pembahasan yang bisa dibahas. Ada nama Alphonso Davies serta Thomas Muller yang bermain sangat apik. Bisa juga kita ceritakan betapa timpangnya pertandingan berjalan atau bagaimana Messi lagi – lagi seakan dikutuk setelah periode 2015 di kompetisi ini. Namun, lagi – lagi menertawakan Barcelona menggunakan nama pemain yang mereka buang akan terasa lebih spesial.
Barcelona memang pantas diperlakukan demikian. Sebagai sebuah klub yang begitu agung selama 1 dekade terakhir, Barcelona kini dihadapkan pada momen – momen kejatuhan. Tak ada satupun hal yang berjalan dengan benar dalam klub asal Katalan ini, Meski hampir mustahil, tidak akan ada kejutan berarti andai saja benar Lionel Messi hengkang dari klub yang telah membesarkannya tersebut. Tidak ada tanda – tanda perbaikan di masa mendatang bagi klub yang nampak kehilangan segala bentuk jati diri mereka selama hampir 3 tahun belakangan.
Coutinho adalah sebuah garam di atas luka yang seharusnya membuat Barcelona tersadar bahwa mimpi mereka menjadi yang terbaik di Eropa musim ini adalah salah satu lelucon paling akbar yang pernah kita dengar dalam beberapa waktu terakhir.