Pebalap Inggris, Lewis Hamilton, berisiko kehilangan kontrak 30 juta poundsterling atau sekitar Rp 550 miliar dari Mercedes karena berulang kali tidak mematuhi perintah tim saat tampil di seri penutup musim di Grand Prix Abu Dhabi, Minggu (27/11).
Bos Mercedes, Toto Wolff, pun kini sedang mempertimbangkan langkah yang akan diambil timnya untuk merespon sikap Hamilton itu.
Hamilton kehilangan gelar juara dunia Formula 1 musim ini dengan terpaut lima poin dari Nico Rosberg di klasemen akhir. Hamilton menjadi juara di GP Abu Dhabi, tapi gagal melewati poin Rosberg karena Rosberg finis di tempat kedua.
Di 10 putaran terakhir, Hamilton tidak menggubris perintah Mercedes untuk memacu kendarannya lebih cepat. Hamilton justru sengaja memperlambat mobil yang dikendarainya agar Rosberg mendapat tekanan dari Sebastian Vettel dan Max Verstappen.
Kepada otoritas tertinggi di pit Mercedes, Paddy Lowe (Direktur Teknis), Hamilton menjawab dirinya nyaman melakukan yang sedang ia lakukan, yakni mengurangi kecepatan.
Hal itu disebut Mercedes sebagai aksi kontroversial yang membahayakan buat tim untuk bisa mengantarkan Rosberg menjadi juara dunia.
Sikap Hamilton dianggap Kepala Tim Mercedes, Toto Wolff, sebagai sebuah pembangkangan di dalam kokpit.
“Sikap anarkis tidak akan bekerja di tim manapun dan di perusahaan manapun,” kata Wolff dikutip Dailymail, Senin (28/11/2016).
Ketika ditanyai jika perbuatan itu akan membuat Hamilton terkena penangguhan kontrak, dengan tegas Wolff menyebut “semuanya mungkin”.
Pebalap Ferrari, Vettel, juga mengakui cara-cara itu kotor. Ia menyebut kondisi balapan sangat sulit di akhir-akhir lantaran Hamilton memainkan beberapa trik kotor untuk menjegal Rosberg.
Sebelumnya, Wolff juga dengan tegas pernah mengatakan ia tidak segan-segan memberhentikan pebalap yang gagal mengikuti arahan tim.
“Setengah dari diriku mengatakan ada 1500 orang di tim dan 300 ribu orang di perusahaan, serta ada nilai-nilai yang harus kita hormati. Merongrong struktur di depan umum berarti Anda memperioritaskan diri Anda ketimbang tim.”
“Sisi lain dari diriku mengatakan, itu adalah kesempatan untuk memenangkan juara dunia, dan mungkin sulit bagi pembalap terbaik untuk mematuhi perintah saat nalurinya tidak mungkin untuk mematuhi,” kata Wolff.
Atas kejadian itu, Wolff juga berpikir untuk mengubah aturan di musim depan agar memberikan banyak kebebasan kepada para pebalapnya. “Atau alternatif lainnya mengatakan bahwa kami merasa tidak dihormati,” kata Wolff.
“Ini adalah tentang menemukan solusi cara menangani hal ini di masa depan karena hal ini telah ditetapkan. Biarkan saya istirahat semalam dan menemukan solusinya,” katanya menegaskan.
Sumber foto: news.com.au