9 bulan setelah menuliskan sejarah yang tidak pernah dibayangkan oleh siapapun, Claudio Ranieri secara mengejutkan dipecat dari kursi kepelatihannya di Leicester City. Bahkan baru 6 Minggu yang lalu dirinya dinobatkan sebagai pelatih terbaik FIFA tahun 2016.
Berita ini spontan membawa begitu banyak respon beragam dari para netizen di jejaring sosial media. Mayoritas mengutuk aksi para petinggi Leicester yang dinilai tidak layak memperlakukan Ranieri yang baru saja membawa Leicester menjuarai ajang Liga Premier Inggris musim lalu. “Saya seperti merasa bahwa orang yang dipecat adalah ayah saya sendiri”, ujar seorang netizen yang berkicau melalui jejaring sosial Twitter.
Leicester yang musim lalu berhasil menjadi juara dengan selisih 10 poin kini memang tengah menjalani periode sulit, seperti sebagaimana biasanya mereka berjuang setiap musimnya. Mereka terbenam di posisi ke 17 sementara dengan selisih hanya 2 poin dari Sunderland di dasar klasemen. Andai Leicester kembali kalah dari Liverpool akhir pekan besok, ada kemungkinan bahwa Leicester akan jatuh terbenam di dasar klasemen sementara dengan 12 pertandingan tersisa.
Ranieri sendiri diisukan diberitukan kabar ini pada saat tim baru pulang dari Spanyol selepas menghadapi Sevilla di ajang Liga Champions. Sungguh disayangkan karena Leicester berhasil mencuri 1 gol di kandang lawan sebelum menghadapi mereka di leg ke-2 di King Power Stadium nanti.
Wakil presiden klub pun angkat bicara terkait berita dipecatnya Ranieri ini. Aiyawatt Srivaddhanaprabha berujar bahwa ini adalah keputusan tersulit yang harus diambil selama 7 tahun King Power menjadi petinggi klub. “Kami melakukan ini karena memikirkan situasi jangka panjang demi kepentingan klub diatas segala apapun termasuk segala perasaan sentimentil atau apapun bentuk lainnya. Kami bersyukur bahwa Claudio datang dengan segala pengalaman, pesona, dan karismanya yang membawa tim ini bertransformasi secara global di mata dunia. Kami tidak pernah menargetkan apa yang kami raih musim lalu. Sejak awal target kami hanyalah tetap bertahan di Liga Premier dan itulah yang kami lakukan sekarang agar dapat memaksimalkan sisa 13 pertandingan di Liga musim ini”, ujar Aiyawatt.
“Statusnya sebagai pelatih terbaik sepanjang sejarah klub ini berdiri tidak akan pernah diragukan oleh siapapun. Namun secara terpaksa dan menyakitkan, kami harus mengambil keputusan ini demi kebaikan dan kelangsungan klub ini dalam jangka panjang”.
Jose Mourinho yang musim lalu juga dipecat setelah membawa Chelsea menjadi juara di musim 2014/2015 memberikan dukungannya kepada Ranieri. “Juara Liga Inggris dan Pelatih terbaik dunia FIFA. Tersenyumlah kawan. Tidak akan ada satupun yang bisa menghapus sejarah yang telah kau torehkan”, kicau Mourinho.
Roberto Mancini diisukan menjadi suksesor kuat Ranieri di Leicester. Untuk sementara asistem pelatih Craig Shakespeare dan pelatih tim utama Mike Stowell akan menjadi pelatih sementara Leicester sebelum resminya pelatih baru diumumkan.
Jelas seluruh pecinta sepakbola dikejutkan oleh berita ini. Nampaknya sepakbola modern di masa kini sama sekali tidak mengijinkan adanya kegoyahan stabilitas yang menghantam tim milik para milyuner kaya di seluruh dunia. Bahkan beberapa netizen berujar bahwa andai musim lalu Leicester tidak menjadi juara atau bersaing di papan atas mungkin saja musim ini ceritanya akan berbeda. Dan bisa saja inilah alasan mengapa Arsene Wenger masih terus dipertahankan oleh para petinggi Arsenal yang notabene merupakan para milyuner serta investor besar di dunia olahraga serta politik, karena stabilitas yang diberikan oleh Wenger selama 21 tahun menjabat di Arsenal.
Hari ini dunia kembali tertegun oleh kejamnya dunia sepakbola profesional. Sekali lagi dunia berkabung, karena cerita indah musim lalu harus menemui akhirnya bahkan sebelum musim ini berakhir. Lagi-lagi logika mengalahkan apa yang banyak orang sebut sebagai perasaan.
Dan kini banyaklah orang yang berharap Leicester akan turun kasta akibat perilaku tidak hormat mereka kepada sang legenda.
Forever in our heart Claudio!