Di berbagai bidang olahraga kita sering melihat sebuah tim diasuh oleh seorang pelatih pria. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan seorang pelatih wanita.
Jika beberapa wanita melatih sekelompok tim wanita, akan tetapi sangat jarang melihat pelatih wanita menjadi pelatih untuk tim pria.
Mengapa peran wanita sangat sedikit dalam posisi kepelatihan dan bagaimana hal ini dapat diperbaiki?
Meskipun semakin dikenalnya wanita di bidang yang didominasi pria, pelatih wanita tetap jarang di olahraga elit seperti sepakbola dan bola basket.
Kita ambil contoh tujuh tim olahraga sepakbola, bola basket, bola tangan, bola voli, rugby, hoki lapangan, polo air, yang diwakili di Olimpiade Rio 2016, hanya 4 tim dari 56 tim yang dilatih oleh seorang wanita. Ada pun alasan kurangnya representasi ini bermacam-macam.
Salah satu faktor yang paling umum adalah meluasnya stereotip gender bahwa pelatih wanita kurang kompeten dibandingkan kaum pria.
Banyak atlet pria dan organisasi olahraga percaya bahwa pria lebih cocok untuk melatih atlet pria, dan keyakinan ini memengaruhi proses perekrutan dan promosi.
Hal ini juga menyebabkan kurangnya kepercayaan diri para pelatih yang harus mempertahankan keyakinan olahraga mereka tetapi juga kualitas mereka sebagai wanita.
Faktor lainnya adalah langkanya kesempatan bagi wanita untuk mendapatkan pengalaman kepelatihan di bidang olahraga. Mereka telah lama tersingkir dari praktik banyak olahraga, yang mengakibatkan penurunan jumlah dan peluang kerja pelatih bagi perempuan.
Kurangnya representasi tersebut memengaruhi calon pelatih, yang tidak memiliki panutan, mentor, atau peluang untuk peningkatan karier.
Dari perspektif kebijakan, inisiatif harus dilaksanakan yang mendukung kesetaraan gender dalam olahraga dengan mempromosikan keragaman, inklusi, dan peluang yang setara di semua tingkatan, termasuk pendanaan, tata kelola, dan kepemimpinan.
Apa pun alasan kurangnya representasi tersebut, defisit ini harus ditangani secara proaktif. Wanita mampu melatih atlet pria atau wanita dalam bidang olahraga.
Prasangka harus mengalah pada keterampilan agar wanita bisa meningkatkan pengalamannya di klub-klub papan atas di seluruh negara.