Selama ini, ternyata banyak yang beranggapan bahwa kegagalan tim nasional Inggris mencetak prestasi di turnamen besar 4 tahunan seperti Piala Eropa dan Piala Dunia terjadi karena tidak adanya istirahat atau biasa disebut winter break yang diterapkan oleh Liga Primer Inggris. Saat klub dari liga – liga lain menikmati waktu 2 minggu liburan, tradisi boxing day dan new year festival di Inggris mewajibkan pertandingan sepakbola tetap digelar sebagai bentuk hiburan saat musim liburan.
Musim 2019/2020 jadi musim perdana diperlakukannya winter break pada Liga Primer Inggris. Tapi alih – alih memberhentikan liga selama 2 pekan, FA melakukan pendekatan berbeda dengan memainkan sebagian kecil laga pada 2 pekan terpisah yang memberikan kelonggaran 8 – 15 hari istirahat bagi tiap klub. Contoh saja pada pekan lalu hanya ada 4 laga yang disajikan Liga Primer (3 laga pada akhirnya karena badai yang menunda laga City melawan West Ham). Sisa laga akan dilakukan pada akhir pekan ini dengan beberapanya dimainkan beberapa hari kemudian (laga Chelsea vs Manchester United).
Beberapa klub pun memanfaatkan kesempatan langka ini untuk melakukan sesi training camp dan team bonding. Beberapa, memanfaatkannya untuk berlibur dan sejenak bersantai bersama keluarga mereka masing – masing.
Hal ini memang bisa dijadikan momentum untuk merubah mood dan arah berjalannya kompetisi. Cidera pemain bisa lebih diminimalisir dan juga memberikan ruang gerak bagi para atlit pro ini untuk mengambil hari tenang.
Saya rasa ini adalah hal yang baik meski masih ada sedikit cacat sistem seperti laga replay FA Cup yang digelar di tengah periode jeda musim dingin ini. Setidaknya, Liga yang katanya paling hebat di dunia ini bisa lebih memanusiakan para pelaku di dalamnya.
Tapi maaf, untuk alasan timnas Inggris yang kurang mendapat waktu istirahat dan prestasinya jadi anjlok di kompetisi internasional……saya sangat tidak setuju.
Katro. Salah sendiri para pemainnya tidak ada yang berani berkompetisi di liga Eropa atau belahan dunia lainnya. Contoh dong Jadon Sancho.