Tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting mengenang masa-masa indah bersama Jonatan Christie di Pelatnas PBSI usai final All England 2024 di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Minggu (17/3).
Ginting gagal menjadi juara All England 2024. Ginting kalah dari Jonatan pada partai final 15-21 dan 14-21. Usai laga final, Ginting menceritakan momen bersama Jonatan ketika kali pertama masuk Pelatnas PBSI.
“Kenangan pertama saya dengan Jonatan adalah hari-hari pertama di tim nasional. Saat itu kami masih junior dan masih sangat muda, mungkin 16 atau 17 tahun. Kami masih malu-malu dan sedikit takut dengan senior karena kami muda dan begitulah kultur di Asia, kan? Kami satu kamar bertiga. Saya, Jonatan, dan Ikhsan,” kata Ginting.
Jonatan kini sudah sejajar dengan nama-nama legenda Indonesia yang pernah menjadi juara dalam turnamen badminton legendaris All England.
Deretan kemenangan Jonatan atas Chou Tien Chen, Kunlavut Vitidsarn, Shi Yu Qi, Lakshya Sen, dan Anthony Sinisuka Ginting pada pekan lalu membuat atlet 26 tahun itu masuk dalam daftar langka pebulutangkis Indonesia yang bisa meraih gelar di All England.
Tak semua atlet-atlet top bulu tangkis Indonesia bisa menjadi juara pada ajang badminton tertua di dunia tersebut.
Sejak Indonesia kali pertama mengikuti All England pada 1956, tercatat baru ada enam juara yang mengusung bendera Merah Putih. Jonatan adalah nama terakhir yang mengikuti jejak emas lima legenda terdahulu.
Duta pertama Tanah Air di arena All England yang sukses mencuri perhatian adalah Tan Joe Hok dengan gelar pada 1959 setelah mengalahkan Ferry Sonneville yang merupakan perintis Indonesia di All England.
Setelah Tan Joe Hok, nama kedua yang juga membuka mata dunia mengenai kekuatan bulu tangkis Indonesia adalah Rudy Hartono. Sosok spesial tersebut mencatatkan sejarah yang belum bisa dipatahkan hingga kini yakni menjadi juara All England selama tujuh tahun berturut-turut dari 1968 sampai 1974.
Rudy yang kehilangan mahkota juara pada 1975 kemudian menjadi juara lagi pada 1976, sehingga total gelarnya di All England adalah delapan.
Liem Swie King menjadi atlet tunggal putra ketiga dari Indonesia yang menjadi juara All England. Sosok yang tenar dengan julukan ‘King Smash’ itu menjadi kampiun pada 1978, 1979, dan 1981.
Generasi selanjutnya yang menjadi juara All England adalah Ardy Bernardus Wiranata pada 1991. Berselang dua tahun kemudian Harijanto Arbi menggondol gelar juara pada 1993 dan 1994.
Butuh 30 tahun bagi Indonesia untuk meraih gelar juara lagi di sektor tunggal putra. Jonatan dan Ginting memastikan gelar untuk Indonesia lantaran sama-sama melaju ke final.
Sumber foto : kompas.com