Arsenal dan Mikel Arteta menajdi buah bibir dalam 2 hari terakhir ini karena kejadian yang menimpa mereka dalam laga tandang ke St. James Park menghadapi Newcastle United. Bermain cukup berimbang dan dalam suhu tinggi secara emosi, Newcastle mencetak gol yang sangat teramat kontroversial usai ada 3 kejadian yang direview oleh wasit dan juga tekhnologi VAR. Belum lagi perihal absurdnya kelakukan salah satu pemain Newcastle dengan nomor punggung 39 yang secara ajaib masih bisa menyelesaikan laga ini hingga peluit panjang dibunyikan.
Pada akhirnya, ketidakjelasan dari pernyataan yang diberikan asosiasi wasit membuat Arsenal secara terang-terangan mendukung protes keras yang dilayangkan Arteta dalam sesi konferensi usai laga. Hukuman berupa denda atau larangan menemani dari pinggir lapangan nampaknya hanya tinggal masalah waktu. Namun, dengan hal yang terjadi berulang kali musim ini, nampaknya hasil berbeda bisa jadi terjadi usai beberapa pengamat dan klub lain pun ikut angkat suara guna menuntaskan masalah ini.
Sebagai liga yang “katanya” terbaik di dunia, Liga Primer Inggris memang jauh dari kata konsisten dalam urusan pengadil lapangan. Beberapa pekan lalu, laga Tottenham Hotspurs menghadapi Liverpool juga ramai dibicarakan usai adanya kesalahan keputusan yang sangat merugikan pihak Liverpool. Belum lagi adanya beberapa tim yang kerap diuntungkan seperti Newcastle United, Tottenham Hotspurs, dan Manchester City selama musim baru berlangsung.
Tanpa bermaksud menuduh, rasanya para penikmat sepakbola Inggris juga tahu betul apa yang sedang kita bicarakan bersama ini. Jika memang ingin permainan sepakbola yang kita cintai ini bisa terus berkembang ke arah yang lebih baik, mungkin asosiasi sepakbola Inggris perlu melakukan suatu perombakan besar guna menciptakan suasana yang lebih kondusif di dalam maupun luar lapangan.
Ini bukan tentang membela Arsenal atau menyudutkan klub lain. Ini bicara tentang sebuah sistem yang jika tak cepat diperbaiki maka bisa menjadi awal dari keruntuhan sebuah dinasti yang selama ini kita anggap sulit untuk dirobohkan.