Everton tidak meraih kemenangan sama sekali dalam 8 laga terakhir mereka di Liga Primmer. Dan pada pertandingan ke-9 menghadapi Arsenal, segalanya berubah. Richarlison yang 2 kali gagal mencetak gol karena dianulir oleh VAR akhirnya mencetak gol penyama kedudukan usai Odegaard membawa Arsenal unggul terlebih dahulu di penghujung babak pertama. Kembali bermain pasif setelah unggul, Gray menghukum ketidakbecusan Arsenal melakukan penyelesaian akhir dengan gol indah dari luar kotak penalti yang membawa Everton berbalik menang dengan skor 2-1. Boom.
Arsenal kembali masuk ke dalam fase krisis. Para pendukungnya kembali memenuhi jagat sosial media dengan cuitan-cuitan bernada negatif. Arteta kembali dipertanyakan perihal game managementnya terutama saat Arsenal kini mencatatkan selisih gol -4 setelah hampir setengah musim berjalan. Rentetan kemenangan yang beberapa bulan lalu mereka dapatkan dianggap banyak dinaungi keberuntungan dan terlalu bergantung pada penamplan cemerlang pemain-pemain muda. Dalam 9 laga terakhir, pencetak gol Arsenal hanyalah para pemain dengan usia maksimal 23 tahun. Tentu tim muda yang masih berkembang ini punya prospek cerah ke depannya, namun perlu dicatat bahwa memang sebagian besar kemenangan yang mereka raih juga masih jauh dari kata meyakinkan.
Memenangkan laga dengan buruk (disebut ugly win) tentu wajar jka terjadi beberapa kali. Tiap tim yang ingin memenangkan liga wajib berhasil melalui beberapa laga sulit tersebut dengan tetap meraih hasil maksimal. Contoh saja saat Liverpool kemarin berhasil mengalahkan Wolves melalui gol menit akhir Origi. Sayangnya, Arsenal terlalu sering meraih kemenangan secara tidak meyakinkan hingga hasil tersebut dianggap sebagai keberuntungan yang akan berujung petaka. Ibarat bom waktu, hasil inkonsisten itu kini terjadi dalam 2 laga terakhir menghadapi Manchester United dan Everton yang di atas kertas tengah berada dalam fase yang lebih buruk dibandingkan Arsenal.
Arteta pun kini berada di tengah sorotan panas. Banyak pihak menginginkan kepalanya untuk dipenggal sebagai manajer Arsenal. Setelah meraih piala FA di tahun 2020, Arteta dinilai tak memberikan progres berarti. Kini setelah mengeluarkan uang lebih dari 150 juta Poundsterling sesuai keinginannya pun nyatanya Arteta masih kesulitan bermain melawan tim seperti Everton yang belakangan dengan mudah dipecundangi lawan-lawan mereka. Penilaiannya terhadap para pemain juga kian dipertanyakan setelah lebih memilih Nketiah dibandingkan Pepe. Nketiah yang diketahui tengah menolak perpanjangan kontrak dengan Arsenal juga akhirnya menanggung dosa pada laga ini karena gagal memanfaatkan umpan cantik Saka yang tinggal disundul masuk dari jarak sangat dekat. Bola hanya mengenai tiang gawang dan akhirnya gol Gray pun menjadi pembeda dalam laga yang sungguh menyulitkan Arsenal ini.
Keputusan Arsenal untuk selalu bermain lebih dalam saat unggul tanpa berusaha keras mengunci kemenangan dengan gol tambahan diketahui membawa dampak kurang baik dalam penilaian pendukung terhadap Arteta. Tentu kesalahan Nketiah dan Aubameyang di akhir laga bukan salah Arteta sepenuhnya. Penyelesaian yang harusnya bisa lebih baik oleh para penyerang tentu menjadi tanggung jawab masing-masing meski kita tetap bisa menyalahkan porsi latihan ataupun gaya bermain yang menyebabkan kesalaha berulang tersebut terjadi. Intinya, sulit sekali menilai Arteta secara objektif setelah 2 tahun lebih Arsenal kelihatanya hanya disitu-situ saja. Gaya bermainnya terlalu inkonsisten meski terlihat bagaimana niatnya untuk selalu melakukan perubahan. Sayang, hasil yang terlalu fluktuatif membuat semua pihak pasti kebingungan. Mulai dari masalah mental, cara bermain, hingga pemilihan pemain dan gaya bermain di tengah laga semuanya tak jelas mana yang harus diperbaiki secepat mungkin.
Arteta wajib meyakinkan para pendukung dengan kemenangan yang meyakinkan dalam basis yang konsisten. Jika tidak, permasalahan dan polemik ini akan terus berulang dan Arsenal pun takkan pernah kembali ke habitatnya sebagai salah satu tim yang layak diperhitungkan di papan atas.
Mungkin perbaikan itu bisa dimulai dengan mendatangkan penyerang berkualitas pada bursa transfer musim dingin nanti? Semoga saja masalah Arsenal sesederhana penyelesaian akhir yang buruk. Kalian tahu kenyataannya bahwa masalah ini takkan selesai semudah membeli penyerang hebat saja. Arteta tentu jadi orang yang paling tahu akan hal tersebut.
Betul tuan Arteta?