Siapa yang menyangka jika penunjukan Mike D’Antoni sebagai pelatih Houston Rockets pada akhir bulan Mei yang lalu, adalah sebuah keputusan terbaik bagi tim yang berasal dari negara bagian Texas ini. Pada awalnya, D’Antoni bukanlah pilihan yang diharapkan oleh para fans dari Houston Rockets. Tidak terlihat sedikitpun antusiasme dalam menyambut kedatangan pria berusia 65 tahun ini. Apalagi dengan segudang masalah yang sedang menimpa kubu Rockets pada saat itu, membuat ekspektasi publik terhadap D’Antoni amatlah rendah.
Sebelum musim kompetisi 2016-2017 dimulai, banyak keraguan serta pertanyaan yang muncul akan tim yang bermarkas di Toyota Center ini. Rockets baru saja mengakhiri musim 2015-2016 dengan buruk. Banyak konflik internal yang acapkali terjadi diantara James Harden dan kawan-kawan. Mereka juga harus kehilangan seorang center handal bernama Dwight Howard yang memutuskan untuk bergabung bersama tim Atlanta Hawks.
Akan tetapi D’Antoni tidak menyerah begitu saja dengan keadaan. Ia dengan segera mengumpulkan para pemain, menggelar rapat tertutup, dan mendengarkan keluh kesah dari setiap personilnya tersebut. Ia membangun kembali kepercayaan diri serta chemistry di antara para pemain Rockets. Tanpa di sadari, energi positif ini pun berimbas ke dalam permainan Rockets saat berada di atas lapangan.
Di minggu yang ke 11 ini, Rockets memang terus menunjukan performa terbaik mereka. Sampai dengan artikel ini diturunkan, mereka sedang berada di posisi ke 3 klasemen sementara wilayah barat NBA, dengan hanya tertinggal dari tim Golden State Warriors dan San Antonio Spurs. Rockets juga sudah mengantongi 28x kemenangan dan baru menderita 9x kekalahan saja. Bahkan tim yang memiliki julukan “Clutch City” ini sukses menyapu bersih 6 pertandingan terakhir mereka dengan kemenangan tanpa 1x pun kekalahan.
Kehebatan D’Antoni dalam meracik strategi yang tepat bagi Rockets memang patut diacungi jempol. Pelatih yang pernah mendapatkan penghargaan sebagai pelatih terbaik NBA tahun 2005 ini dinilai berhasil dalam memaksimalkan potensi dari anak-anak asuhannya tersebut. Ia dengan jeli memindahkan James Harden ke posisi point guard, dimana sang pemain akan lebih banyak memegang bola, mengatur tempo, serta membuka ruang untuk rekan-rekannya. Hasilnya bisa dikatakan luar biasa, dengan Harden sedang mencatatkan rata-rata 28.3 poin, 11.9 assists (tertinggi di NBA), dan 8.2 rebounds per-pertandingan. D’Antoni juga dengan berani memasukan Clint Capela ke dalam daftar pemain inti. Walaupun ia belum mempunyai banyak pengalaman, tetapi anak muda berusia 22 tahun ini amat piawai dalam bertahan, terutama pada saat meraih bola rebound ataupun menutup pergerakan lawan.
Jika Rockets mampu mempertahankan hasil baik ini, bukan tidak mungkin bila D’Antoni akan mendapatkan penghargaan sebagai pelatih terbaik NBA untuk kedua kalinya pada akhir musim nanti.