Menarik serta menggocek musuh ke arah kanan lalu melakukan cat inside ke sisi kiri dan BOOM!
Itulah gerakan yang menjadi trademark dari si “kaki kaca” Arjen Robben. Pemain berusia 35 tahun ini resmi mengumumkan keputusannya untuk pensiun dari dunia sepakbola profesional. Dan semenjak tahun 2004 silam, sang pemain berkali – kali menghancurkan hati ini dengan berbagai alasan yang berbeda.
Robben adalah rasa takut yang kerap menjadi momok bagi setiap lawan. Terutama semenjak datang ke Chelsea dari PSV tahun 2004 silam, Robben menjelma menjadi salah satu pemain paling ditakuti serta dibenci akibat aksi teatrikalnya yang saya akui, brilian. Cedera engkel yang nyaris menghancurkan karirnya di usia muda tak menyurutkan niatnya untuk terus kembali dan memamerkan gerakan khasnya sebagai pemain kidal. Dan pesona itulah yang mengirimnya terbang berkelana ke Real Madrid serta mengakhiri petualangannya bersama Bayern Muenchen.
Pemain yang identik dengan nomor punggung 11 di tim nasional Belanda ini adalah bagian dari kenangan sepakbola yang takkan lepas dari memori penulis. Sebagai pendukung berat tim nasional Belanda, Robben adalah sebuah cerita cinta yang berakhir pelik. Andai Ia lebih tenang, mungkin bukan Iniesta yang akan dikenang sebagai raja pada Piala Dunia 2010 silam. Casillas tentu akan jadi kenangan pahit yang lama membekas di benak Robben.
Meski demikian, 96 caps bersama tim nasional Belanda dengan jabatan kapten di tahun terakhirnya adalah pencapaian yang tak main – main. Robben mengakhiri karir sebagai pencetak gol terbanyak ke – 4 berdiri sejajar dengan Dennis Bergkamp di raihan 37 gol semenjak debutnya di tahun 2003 bersama de Oranje.
30 gelar telah diraihnya selama berkarir dan kini Ia berhenti karena cedera yang terus menghantui. Ia berujar bahwa dirinya bukanlah lagi pemuda berusia 16 tahun yang tak peduli akan dampak cedera pada kelangsungan masa depannya. Kini Robben telah mengambil keputusan dan merelakan waktunya untuk lebih menghargai masa – masa bersama keluarganya.
Robben adalah pemain yang hanya mampu bermain dengan satu kaki. Dan dengan satu kaki itulah Ia mampu mematri namanya dalam jajaran legenda sepakbola terbaik yang pernah ada. Kaki kiri itu tentunya akan sangat saya rindukan, terutama kala menyaksikan tim nasional Belanda bermain di waktu yang akan datang.