Pep Guardiola akhirnya meraih trofi perdananya semenjak melatih di Inggris. Bersama Manchester City, Pep meraih trofi Piala Liga Inggris (Caracao Cup) setelah mengalahkan Arsenal dengan ‘sangat mudah’. Skor 0-3 menjadi bukti bahwa City tampil jauh lebih baik dibandingkan Arsenal yang bahkan tidak lagi pantas mendapatkan simpati atas krisis yang menimpa mereka.
Mustafi sungguh tidak layak mengenakan seragam Arsenal setelah begitu sering menampilkan performa memalukan dalam beberapa bulan terakhir. Nampaknya gol ke gawang Spurs November lalu hanyalah sebuah anomali dari buruknya penampilan bek asal Jerman tersebut. Granit Xhaka tidak jauh berbeda. Dirinya nampak semakin buruk di mata para pendukung Arsenal. Tidak hanya itu, pemain lain seperti Ozil, Ramsey, serta Bellerin juga gagal memberikan performa yang meyakinkan. Aubameyang terisolasi seorang diri dan mungkin kini menyesali keputusannya untuk hijrah ke London.
City sebenarnya tidak bermain sebaik biasanya. Namun yang memalukan adalah kenyataan bahwa mereka tidak perlu tampil maksimal dengan sepakbola indah mereka untuk mengalahkan tim bernama Arsenal.
Aguero, Kompany, serta David Silva tentu bangga akan gol mereka pada parta puncak namun saya yakin tak banyak orang memperkirakan bahwa gol akan tercipta dengan begitu konyol, terutama untuk gol pertama dan kedua.
City nampak akan kembali mengangkat satu buah trofi prestisius lagi di akhir musim (trofi Liga Primer Inggris), dan masih berpeluang melaju lebih jauh di laga Eropa. Berbanding terbalik dengan Arsenal, meski masih berkompetisi di ajang Europa League, namun tak lagi ada keyakinan untuk melihat Arsenal berprestasi dalam waktu dekat.
Status mereka kini memang tengah berada dalam sebuah lubang hitam (blackhole). Identitas sebagai tim besar tak lagi terlihat. Sepakbola mereka tidak lagi indah. City, Spurs, serta Liverpool bermain jauh lebih baik. Untuk bermain menyerang pun mereka tak selalu mampu memberikan ketajaman yang sama dalam basis konsistensi setiap minggunya. Untuk bermain bertahan? Jangan bercanda.
Bentuk permainan Arsenal tak lagi mempunyai identitas yang mampu mereka banggakan. Filosofi Wenger nampak kadaluarsa dan tak lagi bermanfaat di jaman ini. Arsenal menjadi tim yang pantas disandangkan dengan tim-tim medioker lainnya. Mampu menang melawan tim manapun di hari terbaik mereka, lalu kalah memalukan juga oleh tim mana saja di keesokkan harinya.
Dan yang menjadi penyebab geramnya para pendukung Arsenal mungkin bukanlah sebuah kekalahan menyakitkan di final yang dilangsungkan di Wembley. Bukan pula skor 0-3 ataupun kegagalan meraih trofi perdana musim ini. Yang membuat semua pendukung Arsenal geram adalah cara mereka kalah lalu diam saja tanpa sadar akan harusnya melakukan sebuah perubahan radikal.
Bagaikan seorang orang tua yang melihat sang anak secara langsung ditindas dan disiksa tanpa melakukan apa-apa.
Sungguh, cukup Wenger.
Jika memang kalian mencintai Arsenal, segeralah kalian angkat kaki dan melakukan perubahan BESAR di akhir musim nanti.
Memalukan.