Liga Arab Saudi menjadi komoditas panas pemberitaan media karena proses belanja pemain-pemain kelas dunia dari Eropa musim panas ini. Dimulai oleh kepindahan Cristiano Ronaldo yang disusul Karim Benzema, kini banyak sekali pemain-pemain di liga Eropa yang bermigrasi ke Arab Saudi meski masih berada di usia prima dan punya banyak kesempatan untuk meraih prestasi di Eropa.
Untuk beberapa nama seperti Ronaldo, Benzema, Kante, Fabinho, Henderson, Firmino, hingga Mane, dan Riyad Mahrez, nampaknya makhlum melihat keputusan ini karena apa yang sudah mereka raih di level tertinggi. Teruntuk nama terakhir, keputusannya dianggap mengejutkan dan namun di satu sisi juga terlihat cukup pantas dilakukan setelah apa yang Ia raih selama merumput di panggung Liga Primer.
Di usai 32 tahun, Mahrez sudah meraih semua gelar bersama Manchester City. Tak selalu menjadi pemain utama, Mahrez tetap menjadi langganan saat Pep Guardiola membutuhkan seorang pemain untuk memecah kebuntuan Manchester City. Hasilnya, Ia membantu City meraih 5 gelar Liga Primer, 2 gelar Piala FA, 3 buah Piala Carabao, dan 1 gelar Liga Champions UEFA yang membuatnya nampak tak sulit mengambil keputusan hijrah ke Al-Ahli musim panas ini.
Menilik masa-masa awalnya melejit bersama Leicester City di musim 2015/2016 jelas menjadi kenangan manis yang akan selalu menghiasi karirnya selama ini. Bersama Jamie Vardy, Mahrez mengejutkan dunia dengan penampilannya yang berbuah gelar Liga Primer dan pemain terbaik Liga Inggris di tahun tersebut. Setelahnya, penampilan konsistennya membawa Ia berhasil memincut hati Pep Guardiola yang memboyongnya di tahun 2018.
Berhasil mencetak 82 gol dan 61 assist sepanjang 284 pertandingan di Liga Primer menjadi bukti tersendiri bagaimana pemain asal Algeria ini sungguh pantas masuk kategori pemain elit di era modern Liga Primer. Melihat segala pencapaiannya, Ia pun sebenarnya masih bisa bersaing di tim utama Manchester City musim depan. Namun, dengan semua yang Ia raih, rasanya wajar jika di sisa karirnya Mahrez ingin memberikan kenyamanan lebih bagi keluarganya dan dirinya sendiri menjelang masa-masa akhir sebagai pesepakbola profesional.
Meski pindah karena alasan finansial tak pernah jadi keputusan yang salah atau diharamkan, Mahrez setidaknya takkan mengalami hujatan serupa setelah apa yang Ia persembahkan selama hampir 9 tahun beraksi di panggung tertinggi Liga Primer dan juga Liga Champions. Ia kini layak menjadi pemain yang berdiri sejajar layaknya Ronaldo, Benzema, Kante, Firmino, Mane, Henderson, hingga Fabinho yang memutuskan untuk mengakhiri karir mereka dengan memastikan keamanan finansial saat menghadapi masa pensiun nanti.
Terima kasih atas semua magismu Mahrez. Kisahmu akan selalu menginspirasi generasi yang akan datang.