Sepakbola pada akhirnya tak berutang apapun pada Lionel Andres Messi. Pemain yang dianggap gagal dan tak mencintai negara tempat Ia lahir selayaknya klub yang Ia bela tersebut kini telah menuntaskan segala yang bisa diraih di dunia olahraga sepakbola profesional.
Mengalahkan Cristiano Ronaldo di final Liga Champions, memumpus mimpi Neymar di kandangnya sendiri pada ajang Copa America, hingga menghentikan laju kencang Kylian Mbappe di partai tertinggi Piala Dunia. Messi menemui takdirnya dan kini Ia berdiri kokoh di puncak sebagai salah satu atau boleh saja jika kalian menganggapnya, sebagai pemain terbaik di sepanjang sejarah.
Tak ada yang lebih manis dari hal ini. Bagi para pecinta sepakbola yang menyukai tiap bumbu kisah romansa dari dunia olahraga, kisah Messi sungguhlah sebuah kisah yang sempurna. Kalah di 3 partai puncak hingga membuat mentalnya hancur, Ia kembali menuntaskan misinya dengan raihan 3 trofi internasional di 3 kompetisi terakhirnya bersama Argentina.
Meski Mbappe mencetak hattrick dan meraih sepatu emas di Qatar, Messi dengan segala rekor yang Ia pecahkan dalam kurun waktu nyaris sebulan ini telah mengukir namanya dalam keabadian. Diego Armando Maradona sudah mengetuk kepala Messi dan membuka jalan menuju surga di atas sana. Messi, layaknya Maradona, kini abadi sebagai sosok yang takkan tergantikan hingga kapanpun.
Debat kusir tentang siapa pemain terbaik sepanjang masa nampaknya mulai menemui akhirnya. Meski masih saja ada yang bersikukuh dengan pendapatnya, setidaknya semua yang sungguh-sungguh mencintai olahraga ini telah menemukan jawaban yang selama ini dicari-cari banyak orang.
Pemain terbaik sepanjang masa? Terserah masing-masing dari kalian. Namun kita semua harus sepakat bahwa laga final dan segala hasil yang ada kemarin merupakan malam yang sempurna bagi Messi, Argentina, dan seluruh pecinta romansa dunia sepakbola.
And now, Leo Messi is immortal.