Apabila menoreh kebelakang kala satu tahun lalu, diawal tahun 2020, Manchester United dicemooh di lapangan oleh penonton di Old Trafford yang hanya terisi separuh gara-gara kekalahan 0-2 dari Burnley. Hasil itu membuat MU tertinggal 30 poin dari pemuncak klasemen, Liverpool.
Kini hampir setahun berselang, Rabu (13/1/2021), Manchester United menghadapi tim yang sama. Setan Merah menang 1-0 dan meransek ke puncak klasemen, unggul tiga poin atas Liverpool. Untuk kali pertama sejak September 2017, MU bercokol di puncak klasemen Liga Inggris.
MU banyak berubah selama 12 bulan. Kekalahan 0-2 dari Burnley tahun lalu bisa disebut sebagai titik terendah Red Devils era Ole Gunnar Solskjaer.
Mantan gelandang MU, Darren Fletcher, menyebut atmosfer di ruang ganti klub toxic dan para pemain muda sangat tertekan. Legenda MU lainnya, Rio Ferdinand, malah menuding hasil dan performa United memalukan. Saat itu, nasib Solskjaer di Old Trafford dianggap sudah di ujung tanduk.
Namun, kini MU seperti melihat cahaya di ujung terowongan. Manchester United bukan hanya berubah seadanya, tapi makin ganas.
Setan Merah mulai disebut-sebut sebagai kandidat serius dalam pacuan juara Liga Inggris 2020/2021. Skenario tersebut mungkin tak terbayangkan setahun silam.
Status Manchester United sebagai kandidat juara akan semakin kuat jika bisa melewati ujian berat akhir pekan ini. Tim besutan Solskjaer akan melawat ke markas Liverpool, Stadion Anfield, Minggu (17/1/2021). Jika bisa memenangi ini, fans MU bisa mulai serius berharap.
Salah satu jawaban yang tak terbantahkan adalah faktor Bruno Fernandes. Kedatangan pemain Portugal itu dari Sporting Lisbon pada Januari 2020 telah menyulut perubahan signifikan.
Fernandes datang hanya delapan hari setelah kekalahan kontra Burnley, dan sejak itu menimbulkan keajaiban yang menakjubkan.
Bukan hanya statistik luar biasa di lapangan yang menarik perhatian, Fernandes tetapi juga punya jiwa kepemimpinan mumpuni, dan memiliki pengaruh terhadap anggota tim yang kurang berpengalaman.
Dia muncul berkali-kali untuk berkontribusi ketika United sangat membutuhkannya. Hanya orang konyol yang berani bilang United bisa sampai di posisi ini meskipun tanpa Bruno Fernandes.
Namun, bukan hanya Fernandes yang menjadi katalis kebangkitan Manchester United. Solskjaer akhirnya menemukan rekan duet yang tepat untuk Harry Maguire di posisi bek tengah. Setelah berulang kali bereksperimen, Solskjaer yakin memercayai Eric Bailly sebagai partner Maguire.
Duo bek tengah itu bersinar dalam beberapa pekan terakhir. Mereka bisa membuat tim menjadi tenang dan makin memahami satu sama lain.
Solskjaer juga harus mengambil pujian untuk dirinya karena tidak pernah kehilangan kepercayaan pada kemampuannya. Padahal, dia terus menerus diragukan banyak pihak dan kerap didorong untuk mundur dari jabatannya.
Sikapnya yang tangguh dan tidak pernah menyerah sering terwujud di lapangan. United beberapa kali bangkit dari belakang untuk memenangkan pertandingan di menit-menit akhir.
Dia juga membuat sejumlah rekrutan cerdas selain Fernandes. Salah satu contohnya adalah Edinson Cavani, yang menunjukkan mampu berkontribusi signifikan meski didatangkan dengan status bebas transfer.
Di atas segalanya, Manchester United terlihat seperti tim yang menikmati sepak bola mereka lag. Yang pasti, Setan Merah menjadi salah satu tim paling menghibur untuk ditonton musim ini.
Tentu saja, ada pasang surut di tahun lalu. Mereka masih tampak sebagai tim yang kuat dan tidak terkalahkan, tapi kemudian tiba-tiba tampil buruk.
Tetapi di musim Liga Inggris yang paling tidak terduga ini, modal itu mungkin saja sudah cukup untuk menjadi juara.