Premier League telah resmi bergulir sejak beberapa pekan yang lalu, namun sorotan terhadap performa Manchester United masih saja mengenai masalah klasik yang membuat mereka belum menemukan teknik permainan terbaiknya dibawah asuhan Solskjaer. Setan Merah sudah menghabiskan banyak uang untuk membeli tiga pemain: Daniels James, Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka.
Di sisi lain, Solskjaer juga berhasil melepas para pemain yang tidak cocok dengan skemanya. Pemain-pemain seperti Romelu Lukaku, Alexis Sanchez, Chris Smalling, dan Matteo Darmian sudah menemukan klub baru.
Marcus Rashford pemain hebat. Ini sangat jelas ketika Anda melihatnya bermain, terutama di pertandingan besar. Penyerang muda itu benar-benar penuh dengan bakat dan kepercayaan diri yang tinggi. Selama tiga musim terakhir ia memberi warna pada permainan lini serang Manchester United.
Salah satu alasan Solskjaer sangat percaya diri meminggirkan Romelu Lukaku bahwa Rashford sangat efektif sebagai pemain depan. Ia bisa ditempatkan di berbagai posisi.
Sayangnya, saat dipercaya menjadi penyerang utama, Marcus Rashford tak juga untuk ketajaman. Ia hanya mencetak sembilan gol di Liga Inggris sejak Ole Gunnar Solskjaer menjadi manajer pada pertengahan Desember 2018?
Ini tentu saja bukan karena kurangnya peluang, karena dia mengenai 82 tembakan tepat sasaran. Hanya Mohamed Salah yang memiliki lebih banyak shoot on target. Pemain Mesir itu mencetak 15 gol dalam rentang waktu yang sama.
Pierre-Emerick Aubameyang (15 gol), Jamie Vardy memiliki (16), Sadio Mane (17), dan Sergio Aguero (19) tidak memiliki angka statistik sebagus Rashford.
Rashford memiliki 20 peluang emas sejak Solskjaer menukangi Manchester United.. Namun ia hanya mencetak enam gol. Konversi gol dari peluang emas sang pemain hanya sebesar 30%. Kalah dibanding Salah (50%) atau Vardy (54,17%).
Ketidakmampuan Rashford untuk menemukan bentuk permainan terbaik menghambat produktivitas Manchester United.
Jika Rashford dapat meningkatkan permainannya untuk menyamai Anthony Martial (akurasi tembakan 63,34%, konversi tembakan 22,73% dan peluang konversi besar 50%) maka performa Setan Merah bakal ikutan terkerek.
Alasan mengapa begitu penting bagi Rashford untuk memanfaatkan peluang emas karena faktanya United tampaknya tidak dapat menggunakan salah satu jalur paling tradisional untuk mencapai tujuan dalam sepak bola: set-piece.
Sejak Solskjaer mengambil alih, Setan Merah hanya mengoleksi satu assist dari set-piece, dan itu adalah assist sundulan Victor Lindelof ketika melawan Crystal Palace (yang sebelumnya dibantu oleh Chris Smalling yang terhubung dengan tendangan sudut awal dari Ashley Young).
Hal ini terjadi karena tak ada sosok pemain yang bisa melakukan set-piece dengan baik di United.
Solskjaer sebaiknya memilih salah satu pemainnya yang akan selalu bermain (Paul Pogba salah satunya) dan meminta ia melatih tendangan sudut dan tendangan bebas berulang kali hingga mencapai titik konsisten guna mengerek kelemahan United yang satu ini.
Masalah besar yang dimiliki United adalah bahwa setiap kali mereka bermain bagus, mereka seringkali dikalahkan oleh kesalahan konyol. Ambil contoh saat Crystal Palace mengalahkan Setan Merah 2-1 misalnya.
Pada saat United meningkatkan intensitas tekanan untuk mengejar ketertinggalan, semua pemain maju ke depan meninggalkan David De Gea seorang diri. Para pemain belakang dibuat panik saat kubu lawan melakukan serangan balik cepat.
Manchester United telah melakukan enam kesalahan yang berujung gol ke gawang sendiri sejak Solskjaer jadi manajer. Hanya empat klub yang memiliki lebih banyak: Huddersfield dan Fulham yang terdegradasi serta Bournemouth dan Arsenal yang performanya juga labil.
De Gea belakangan kerap membuat blunder. Ia kehilangan magic sebagai kiper kelas dunia.
Dua kesalahan Lindelof melawan Crystal Palace dan Southampton, keduanya terkait dengan ketidakmampuannya untuk memenangkan sundulan.
Aaron Wan-Bissaka dan Harry Maguire pemain belakang Man United yang punya rapor relatif bagus. Tiga pemain bertahan United lainnya cenderung sering melakukan kesalahan.
De Gea harus segera mengevaluasi diri. Demikian pula Lindelof yang harus memperbaiki kemampuan untuk memenangi duel-duel udara.
Luke Shaw dan Ashley Young permainannya juga biasa-biasa saja. Mereka juga punya masalah saat mengawal individu pemain.