Egy Maulana Vikri.
Masa depan dan harta karun bagi dunia sepakbola Indonesia (dan saya harap setidaknya Asia) di masa depan. Setelah berhasil meraup perhatian yang begitu besar setelah diperkenalkan oleh tim barunya asal Polandia, Lechia Gdańsk, Egy harus bisa menjawab harapan besar yang ada di pundaknya tersebut.
Harus berlaga di ajang liga Ekstraklasa, Egy merupakan sosok pemain bertubuh mungil seperti rata-rata kebanyakan warga Indonesia dan Asia dengan tinggi hanya mencapai 165 cm. Tentu ada beberapa nama pemain Asia yang berhasil berkibar dan sukses di ranah Eropa, namun, lebih banyak pula nama para pemain yang gagal akibat perbedaan cara bermain, kondisi cuaca, lapangan, serta perbedaan dalam sisi sosial yang bisa mempengaruhi kinerja pemain di luar tanah kelahirannya.
Sepakbola tidak melulu soal bakat serta kerja keras. Ada begitu banyak faktor yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang profesional yang handal dan mampu bertahan di level permainan yang tinggi. Kecocokan dengan pelatih mulai dari metode berlatih hingga skema taktik diatas lapangan mampu juga membentuk kelangsungan karir seorang pemain.
Bagi Egy, tantangan yang Ia hadapi tidaklah mudah. Selain harus menjawab ekspektasi masyarakat Indonesia yang terkenal ‘lebay’, Egy juga harus mampu membuktikkan pada Lechia Gdańsk bahwa Ia bukan sekedar alat promosi untuk meningkatkan perhatian masyarakat pada tim barunya tersebut. Dan berbicara tantangan nyata yang harus Egy hadapi, sesuai dengan pemberitaan dari media PanditFootball Indonesia, tim Lechia Gdańsk tengah dilanda masalah finansial serta adanya ketidakstabilan tim hingga harus mengganti pelatih sebanyak 3 kali dalam 1 musim. Piotr Stokowiec adalah pelatih ketiga Lechia musim ini dan hal tersebut jelas bukan suatu hal yang membanggakan. Tim tengah berada pada posisi sulit musim ini dan terancam turun kasta ke divisi 2 andai tidak ada perbaikan yang terjadi. Jika benar mengalami degradasi, maka Egy yang baru akan bermain musim depan tidak akan bermain di kasta teratas Liga Polandia.
Selain masalah pelatih, masalah fisik jelas menjadi masalah bagi setiap pemain Asia yang akan merumput di tanah Eropa. Egy sempat berujar bahwa Ia tidak khawatir akan tinggi badannya karena Messi juga memiliki tubuh kecil seperti dirinya. Yang patut dicatat, Messi lebih tinggi kurang lebi 4 cm daripada Egy. Dan berbicara tentang kecepatan yang biasa dimiliki oleh pemain mungil, hal tersebut biasanya takkan berguna banyak tanpa ditunjak fisik mumpuni untuk menghadapi kerasnya persaingan di Eropa. Liga Polandia diketahui sangat keras dalam hal permainan fisik dan tidak jarang terjadi adu fisik keras yang mengakibatkan baju hantam antar tim.
Egy jelas wajib membentuk otot serta kemampuan fisiknya agar mampu berbicara banyak bersama Lechia Gdańsk. Namun kembali, semua itu tergantung pada metode latihan yang akan diberikan padanya oleh klub barunya nanti. Diluar itu, Egy sendiri harus melakukan metode latihan yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan dalam pembentukan massa tubuhnya yang masih dalam tahap berkembang (Egy baru berusia 18 tahun pada tahun ini).
Banyak yang skeptis dengan kepindahan Egy ke ranah Eropa. Banyak orang menanggap kepindahannya terlalu cepat dan tidak akan berbuah manis. Namun kesempatan seperti ini adalah apa yang bangsa ini butuhkan. Bukan komentar tajam ataupun tatapan sinis menanggapi suatu anomali yang sekarang tengah terjadi diantara kita.
Biar waktu yang menjawab apakah beban 250 juta warga Indonesia terlalu berat bagi seorang pemuda berusia 18 tahun tersebut. Atau jika saya boleh menyarankan, lupakan saja semua beban tersebut. Bermainlah untuk dirimu sendiri terlebih dahulu, makan beban tersebut akan hinggap dengan sendirinya tanpa perlu kau sadari untuk terus kau pikul.
Semoga berhasil Egy!